PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses pengajaran. Dimana
didalamnya terdapat kegiatan belajar dan mengajar. Berbagai konsep dan wawasan
baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang
seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tujuan
untuk memenuhi tuntutan zaman yang menuntut agar tercipta anak didik yang mampu
membawa zaman ini lebih baik lagi, lebih maju dan berkembang dari pada zaman
yang telah lalu dan zaman sekarang dan mampu mengembangkannya.
Dalam kaitannya dengan tuntutan pendidikan yang harus mampu
melahirkan dan menyiapkan anak didik yang berkualitas, Guru adalah personel
yang menduduki posisi penting dan strategis dalam rangka pengembangan
sumberdaya manusia dan yang selalu dituntut untuk terus mengikuti perkembangan
konsep-konsep baru dalam dunia kepengajaran tersebut. Demikian pula para
supervisor pendidikan, pengawas dan pengelola lembaga pendidikan juga.Dalam
makalah ini akan di bahas beberapa cara atau proses pembelajaran kelompok agar
dapat berjalan aktif dan efektif.
A.
Guided Note Taking
Dalam strategi ini,
sebagai pengajar, pendidik menyiapkan suatu bagan atau skema, natau yang
lainnya yang dapat membantu anak didik dalam membuat catatan-catatan ketika
guru menyampaikan materi pelajaran. Ada banyak bentuk atau pola yang dapat dikerjakan
untuk strategi ini, salah satu nyadan yang paling sederhana adalah mengisititik-titik.[1]
Langkah-langkah:
1. Berianak didik panduan yang berisi ringkasan poin-poin
utama dari materi pelajaran yang akan disampaikan dengan strategi ceramah.
2. Kosongkan sebagian dari poin-poin yang dianggap penting
sehingga akan terdapat ruang-ruang kosong dalam panduan tersebut.
3. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah
a. Berikan suatu istilah dengan pengertiannya;
Kosongkan istilah atau definisinya.
b. Kosongkan beberapa pernyataan jika poin-poin utamany
aterdiri dari beberapa pernyataan.
c.
Menghilangkan beberapa kata kunci dari sebuah paragraph.
d. Dapat juga dibuat bahan ajar (hand out) yang
tercantum didalamnya sub topik dari materi pelajaran.
4. Bagikan bahan ajar hand out yang dibuat kepada anak
didik. Jelaskan bahwa pada hand out itu sengaja dihilangkan beberapa poin penting
dengan tujuan agar anak didik tetap berkonsentrasi mendengarkan pelajaran yang
akan disampaikan.
5. Setelah selesai menyampaikan materi minta anak didik
membacakan hasil catatannya.
6. Berikan klarifikasi
.
B. Snow Balling (Bola Salju)
Strategi
ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi anak didik
secara bertingkat dimulai dari kelompok kecil, kemudian dilanjutkan dengan kelompok
yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban
yang telah disepakati oleh anak didik secara berkelompok. Strategi ini akan berjalan
dengan baik jika materi yang dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam atau
yang menuntut anak didik berfikir analisis bahkan mungkin yang sintesis.materi-materi
yang bersifatfaktual, yang jawaban nya sudah ada di dalam buku teks mungkin tidak
tepat diajarkan dengan strategi ini.[2]
Langkah-langkah:
1.
Sampaikan topik
materi yang disampaikan.
2.
Minta anak didik
untuk menjawabs ecara berpasangan (dua orang)
3.
Setelah anak didik
yang bekerja berpasangan tadi mendapatkan jawaban, pasangan tadi digabungkan dengan
pasangan disampingnya. Dengan ini terbentuk kelompok dengan anggota empat
orang.
4.
Kelompok berempat
ini mengerjakan tugas yang sama seperti kelompok dua orang.
5.
Setelah kelompok
berempat ini selesai mengerjakan tugas, setiap kelompok digabungkan dengan satu
kelompok yang lain dengan itu muncullah kelompok baru yang beranggotakan 8
orang.
6.
Masing-masing kelompok
diminta menyampaikan hasilnya kepada semua anak didik dikelas.
7.
Pengajar akan membandingkan
jawaban dari masing-masing kelompok, kemudian memberikan ulasan-ulasan dan penjelasan-penjelasan
secukupnya sabagai klarifikasi dari jawaban anak didik.
C. Card Sort (SortirKartu)
Strategi
ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bias digunakan untuk mengajarkan konsep,
karakteristi, klasifikasi, fakta, tentang objek atau mereview informasi. Gerakan
fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas yang
jenuh atau bosan.[3]
Langkah-langkah:
1.
Setiap anak didik
diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercakup satu atau
lebih kategori.
2.
Mintalah anak didik
untuk bergerak dan berkeliling didalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori
yang sama.
3.
Anak didik dengan
ketegori yang yang sama diminta mempersentasikan kategori masing-masing didepan
kelas.
4.
Seiring dengan persentasi
dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.
D. The Power of Two (dua kekuatan)
Aktifitas
pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat
arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa
berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendirian.[4]
Langkah-langkah:
1.
Ajukan satu atau
lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran.
2.
Anak didik diminta
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual.
3.
Setelahs emua anak
didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka perpasang-pasangan
dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya.
4.
Mintalah pasangan-pasangan
tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban
individual mereka.
5.
Ketika semua pasangan
telah menulis jawaban-jawaban baru, bandingkan jawaban setiap pasangan didalam kelas.
E. Active Debate
Debat ialah teknik
berbicara dari pihak yang pro dan kontra untuk menyampaikan pendapat mereka,
dapat diikuti oleh suatu tangkkepada pesertisan atau tidak, dan anggota
kelompok dapat bertanya kepada peseerta debat/pembicara.[5]
Langkah-langkah:
1.
Kembangkanlah sebuah pernyataan yang controversial yang
berkaitan degan materi perkuliahan (Contohnya: “Tidak ada keharusan mendirikan
sebuah Negara islam”).
2.
Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kelompok yang
“pro” dan kelompok lainnya yang “kontra”.
3.
Berikutnya, buat dua sampai empat sub kelompok dalam
masing-masing kelompok debat. Misalnya, dalam kelas dengan 24 orang mahasiswa.
Anda apat membuat tiga sub kelompok “pro” dan tiga kelompok yang “kontra” yang
masing-masing terdiri dari empat orang. Setiap sub kelompok diminta
pengembangan argument yang mendukung masing-masing posisi, atau menyiapkan
urutan daftar argument yang bisa mereka diskusikan dan seleksi. Di akhir
diskusi, setiap sub-kelompok memilih seorang juru bicara.
4.
Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung pada jumlah sub
kelompok yang ada) untuk para jurubicara pada kelompok “pro” dan jumlah kursi
yang sama untuk kelompok yang “kontra”. Mahasiswa yang lain duduk di belakang
para juru bicara. Mulailah debat dengan para juru bicara mempresentasikan
pandangan mereka. Proses ini disebut argument pembuka.
5.
Setelah mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan
kembali ke sub-kelompok. Setiap sub-kelompok untuk mempersiapkan argument
mengkaunter argument pembuka dari kelompok lawan. Setiap sub-kelompok memilih
juru bicara, usahakan yang baru.
6.
Lanjutkan kembali debat. Juru bicara yang saling berhadapan
diminta untuk memberikan kaunter argument. Ketika debat berlangsung, peserta
yang lain didorong untuk memberikan catatan yang berisi usulan argument atau
bantahan. Minta mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masing-masing
argument dari para wakil kelompok.
7.
Pada saat yang tepat akhiri debat. Tidak perlu menentukan
kelompok mana yang menang, buatlah kelas melingkar. Pastika bahwa kelas
berintegrasi dengan meminta mereka duduk berdampingan dan mereka berada sebagai
kelompok lawan. Diskusikan apa yang mehasiswa pelajari dari pengalaman debat
tersebut. Minta mahasiswa untuk mengidentifikasi argument yang paling baik
menurut mereka.
F. Listening Team
Pengertian operasional dari Listening Team adalah
suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau
prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan yang
melibatkan indera pendengaran. Penggunaan Listening Team dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada pengoptimalan indera pendengaran siswa
(di samping indera lainnya), diharapkan secara tepat dapat mendorong siswa agar
tetap fokus dan siap siaga selama proses pembelajaran berlangsung.
Strategi ini membantu siswa untuk tetap berkonsentrasi dan
terfokus dalam pelajaran yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah dapat
diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau
penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.[6]
Langkah-langkah:
1.
Bagilah siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok
mendapat tugas masing-masing.
2.
Sampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang
didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah selesai, berilah kesempatan kepada
masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas mereka dan beberapa saat untuk
mengomentari tugas-tugas mereka.
3.
Mintalah masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil
dari tugas mereka. Baik itu akan menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan
sebagainya. Guru hendaknya memperoleh partisipasi peserta didik dari pada yang
pernah guru bayangkan.
4.
Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep
yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.
G. Guided
Teaching
Proses pembelajaran dengan strategi guided teaching yaitu guru menyampaikan
beberapa pertanyaan untuk membuka pikiran dan kemampuan yang siswa miliki.
Kemudian siswa diberi waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan diskusi
pada kelompok kecil. Dari hasil diskusi yang siswa lakukan di kelompok kecil,
siswa menyampaikan hasil jawaban mereka dan hasilnya dikelompokkan berdasarkan
kategori-kategori yang nantinya akan guru sampaikan dalam pembelajaran.
Selanjutnya guru menyampaikan pembelajaran yang sebenarnya melalui ceramah
interaktif. Terakhir, guru bersama siswa mencocokkan dari hasil diskusi
kelompok dengan materi yang disampaikan guru.
Strategi pembelajaran terbimbing merupakan suatu perubahan
“cantik” dari ceramah secara langsung dan memungkinkan guru mempelajari apa
yang telah diketahui dan dipahami para siswa sebelum membuat poin-poin
pengajaran. Strategi ini sangat berguna ketika pegajarkan kosep-konsep abstrak.
Langkah-langkah:
1.
Tentukan sebuah pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang
membuka pikiran dan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban.
2. Berilah siswa beberapa saat dengan
berpasangan atau bersub-kelompok untuk mempertimbangkan respon-respon mereka.
3. Gabungkan kembali seluruh kelas dan
catatlah gagasan siswa. Jika memungkinkan, pilihlah respon-respon mereka ke
dalam daftar terpisah yang berkaitan dengan kategori-kategori atau konsep yang
berbeda yang guru coba untuk diajarkan.
4. Sampaikan poin-poin pembelajaran
utama yang ingin guru ajarkan. Mintalah siswa menggambarkan bagaimana respons
mereka cocok dengan poin-poin ini. Catatlah ide-ide yang menambah poin-poin
pembelajaran dari materi yang guru berikan.
Strategi ini menggunakan prinsip dasar teknik menggali (Probing Question) adalah memberikan
pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari
siswa dengan maksud untuk mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga
yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan. Disamping itu
dengan teknik bertanya menggali ini guru dapat mengetahui tingkat kedalaman
pengetahuan siswa.[7]
H. Point CounterPoint
Strategi pembelajaran Point Counterpoint adalah suatu cara
dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa
untuk aktif berargumen (mengajukan ide-ide, gagasan) dari persoalan yang
muncul atau sengaja dimunculkan dalam pembelajaran sesuai dengan
aturan-aturan yang ada.[8] Strategi ini merupakan sebuah tekhnik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan dengan lebih cepat.
dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa
untuk aktif berargumen (mengajukan ide-ide, gagasan) dari persoalan yang
muncul atau sengaja dimunculkan dalam pembelajaran sesuai dengan
aturan-aturan yang ada.[8] Strategi ini merupakan sebuah tekhnik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan dengan lebih cepat.
Strategi ini sangat baik dipakai untuk melibatkan siswa
dalam mendiskusikan isu – isu komplek secara mendalam. Strategi ini dapat di
terapkan jika guru hendak menyajikan topik atau permasalahan yang menimbulkan
berbagai pandangan yang berbeda.
Langkah-langkah:
- Pilihlah isu-isu yang mempunyai banyak perspektif.
- Bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan yang telah anda tentukan.
- Minta masing-masing kelmpok untuk menyiapkan argument-argumen sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini, pisahlah tempat duduk masing-masing kelompok.
- Kumpulkan kembali semua siswa dengan catatan, siswa duduk berdekatan dengan teman-teman satu kelompok.
- Mulai debat dengan mempersilahkan kelompok mana saja yang akan memulai.
- Setelah salah seorang siswa menyampaikan satu argument sesuai dengan pandangan yang diwakili oleh kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama.
- Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkunkan,
8. Rangkum debat yang baru saja
dilaksanakan dengan menggarisbawahi atau mungkin mencari titik temu dari
argument-argumen yang muncul.
I. Team Quiz
Strategi pembelajaran salah satu upaya untuk membangkitkan
siswa belajar Dalvi (2006:53) menyatakan bahwa “Tipe quiz team dapat
menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab”.
Langkah-langkah:
1.
diawali dengan menerangkan materi pelajaran secara klasikal.
2.
lalu siswa dibagi
kedalam kelompok besar.
3.
Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi
tersebut melalui lembaran kerja.
4.
Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan,
saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut.
5.
Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan
akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi
antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi
yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
KESIMPULAN
Dengan demikian dapat di simpulkan
bahwa untuk memulai proses pembelajaran melalui kelompok, tentunya harus di
butuhkan suatu model pembelajaran yang tepat, seperti yang telah di paparkan di
atas. Agar proses pembelajaran berjalan secara aktif dan efektif, tentunya
peran seorang pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif
agar siswa mampu menyerap materi yang di sampaikan oleh pendidik melalui cara
belajar kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar,
Pustaka Setia, Bandung, 2005.
Hisyam Zaini,
dkk, Strategi Pembelajaran Aktif,
CTSD, Yogyakarta, 2007.
Suprihadi Saputro dkk, Strategi
Pembelajaran Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar. Malang, Depdiknas. 2000.
Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta,
Jakarta, 2010.
Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1. Cet. 2,
Jakarta, Kencana, 2007.
[1] Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta,
Jakarta, 2010., hlm. 400
[2]Ibid., hlm. 396
[3] Ibid., hlm. 394
[4] Ibid., hlm. 395
[5] Abu Ahmadi,
Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia,
Bandung, 2005., hlm. 150.
[6]
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Ed. 1. Cet. 2, Jakarta, Kencana, 2007. hlm. 145
[7] Suprihadi Saputro dkk, Strategi Pembelajaran Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar. Malang, Depdiknas. 2000., hlm. 178
No comments:
Post a Comment