Pages

Tuesday, 30 December 2014

strategi belajar mengajar PAI



PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ialah dengan cara melalui perbaikan proses pengajaran. Dimana didalamnya terdapat kegiatan belajar dan mengajar. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan zaman yang menuntut agar tercipta anak didik yang mampu membawa zaman ini lebih baik lagi, lebih maju dan berkembang dari pada zaman yang telah lalu dan zaman sekarang dan mampu mengembangkannya.
Dalam kaitannya dengan tuntutan pendidikan yang harus mampu melahirkan dan menyiapkan anak didik yang berkualitas, Guru adalah personel yang menduduki posisi penting dan strategis dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia dan yang selalu dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia kepengajaran tersebut. Demikian pula para supervisor pendidikan, pengawas dan pengelola lembaga pendidikan juga.Dalam makalah ini akan di bahas beberapa cara atau proses pembelajaran kelompok agar dapat berjalan aktif dan efektif.





A.    Guided Note Taking

Dalam strategi ini, sebagai pengajar, pendidik menyiapkan suatu bagan atau skema, natau yang lainnya yang dapat membantu anak didik dalam membuat catatan-catatan ketika guru menyampaikan materi pelajaran. Ada banyak bentuk atau pola yang dapat dikerjakan untuk strategi ini, salah satu nyadan yang paling sederhana adalah mengisititik-titik.[1]
            Langkah-langkah:
1. Berianak didik panduan yang berisi ringkasan poin-poin utama dari materi pelajaran yang akan disampaikan dengan strategi ceramah.
2. Kosongkan sebagian dari poin-poin yang dianggap penting sehingga akan terdapat ruang-ruang kosong dalam panduan tersebut.
3. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah
a. Berikan suatu istilah dengan pengertiannya; Kosongkan istilah atau definisinya.
b. Kosongkan beberapa pernyataan jika poin-poin utamany aterdiri dari beberapa pernyataan.
c. Menghilangkan beberapa kata kunci dari sebuah paragraph.
d. Dapat juga dibuat bahan ajar (hand out) yang tercantum didalamnya sub topik dari materi pelajaran.
4. Bagikan bahan ajar hand out yang dibuat kepada anak didik. Jelaskan bahwa pada hand out itu sengaja dihilangkan beberapa poin penting dengan tujuan agar anak didik tetap berkonsentrasi mendengarkan pelajaran yang akan disampaikan.
5. Setelah selesai menyampaikan materi minta anak didik membacakan hasil catatannya.
6. Berikan klarifikasi                                                   .


B.     Snow Balling (Bola Salju)

            Strategi ini digunakan untuk mendapatkan jawaban yang dihasilkan dari diskusi anak didik secara bertingkat dimulai dari kelompok kecil, kemudian dilanjutkan dengan kelompok yang lebih besar sehingga pada akhirnya akan memunculkan dua atau tiga jawaban yang telah disepakati oleh anak didik secara berkelompok. Strategi ini akan berjalan dengan baik jika materi yang dipelajari menuntut pemikiran yang mendalam atau yang menuntut anak didik berfikir analisis bahkan mungkin yang sintesis.materi-materi yang bersifatfaktual, yang jawaban nya sudah ada di dalam buku teks mungkin tidak tepat diajarkan dengan strategi ini.[2]
            Langkah-langkah:
1.      Sampaikan topik materi yang disampaikan.
2.      Minta anak didik untuk menjawabs ecara berpasangan (dua orang)
3.      Setelah anak didik yang bekerja berpasangan tadi mendapatkan jawaban, pasangan tadi digabungkan dengan pasangan disampingnya. Dengan ini terbentuk kelompok dengan anggota empat orang.
4.      Kelompok berempat ini mengerjakan tugas yang sama seperti kelompok dua orang.
5.      Setelah kelompok berempat ini selesai mengerjakan tugas, setiap kelompok digabungkan dengan satu kelompok yang lain dengan itu muncullah kelompok baru yang beranggotakan 8 orang.
6.      Masing-masing kelompok diminta menyampaikan hasilnya kepada semua anak didik dikelas.
7.      Pengajar akan membandingkan jawaban dari masing-masing kelompok, kemudian memberikan ulasan-ulasan dan penjelasan-penjelasan secukupnya sabagai klarifikasi dari jawaban anak didik.



C.    Card Sort (SortirKartu)

                        Strategi ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bias digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristi, klasifikasi, fakta, tentang objek atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.[3]
Langkah-langkah:
1.      Setiap anak didik diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercakup satu atau lebih kategori.
2.      Mintalah anak didik untuk bergerak dan berkeliling didalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama.
3.      Anak didik dengan ketegori yang yang sama diminta mempersentasikan kategori masing-masing didepan kelas.
4.      Seiring dengan persentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan poin-poin penting terkait materi pelajaran.

D.    The Power of Two (dua kekuatan)

            Aktifitas pembelajaran ini digunakan untuk mendorong pembelajaran kooperatif dan memperkuat arti penting serta manfaat sinergi dua orang. Strategi ini mempunyai prinsip bahwa berpikir berdua jauh lebih baik daripada berpikir sendirian.[4]
            Langkah-langkah:
1.      Ajukan satu atau lebih pertanyaan yang menuntut perenungan dan pemikiran.
2.      Anak didik diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara individual.
3.      Setelahs emua anak didik menjawab dengan lengkap semua pertanyaan, mintalah mereka perpasang-pasangan dan saling bertukar jawaban satu sama lain dan membahasnya.
4.      Mintalah pasangan-pasangan tersebut membuat jawaban baru untuk setiap pertanyaan, sekaligus memperbaiki jawaban individual mereka.
5.      Ketika semua pasangan telah menulis jawaban-jawaban baru, bandingkan jawaban setiap pasangan didalam kelas.

E.     Active Debate
Debat ialah teknik berbicara dari pihak yang pro dan kontra untuk menyampaikan pendapat mereka, dapat diikuti oleh suatu tangkkepada pesertisan atau tidak, dan anggota kelompok dapat bertanya kepada peseerta debat/pembicara.[5]
Langkah-langkah:
1.      Kembangkanlah sebuah pernyataan yang controversial yang berkaitan degan materi perkuliahan (Contohnya: “Tidak ada keharusan mendirikan sebuah Negara islam”).
2.      Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu kelompok yang “pro” dan kelompok lainnya yang “kontra”.
3.      Berikutnya, buat dua sampai empat sub kelompok dalam masing-masing kelompok debat. Misalnya, dalam kelas dengan 24 orang mahasiswa. Anda apat membuat tiga sub kelompok “pro” dan tiga kelompok yang “kontra” yang masing-masing terdiri dari empat orang. Setiap sub kelompok diminta pengembangan argument yang mendukung masing-masing posisi, atau menyiapkan urutan daftar argument yang bisa mereka diskusikan dan seleksi. Di akhir diskusi, setiap sub-kelompok memilih seorang juru bicara.
4.      Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung pada jumlah sub kelompok yang ada) untuk para jurubicara pada kelompok “pro” dan jumlah kursi yang sama untuk kelompok yang “kontra”. Mahasiswa yang lain duduk di belakang para juru bicara. Mulailah debat dengan para juru bicara mempresentasikan pandangan mereka. Proses ini disebut argument pembuka.
5.      Setelah mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan kembali ke sub-kelompok. Setiap sub-kelompok untuk mempersiapkan argument mengkaunter argument pembuka dari kelompok lawan. Setiap sub-kelompok memilih juru bicara, usahakan yang baru.
6.      Lanjutkan kembali debat. Juru bicara yang saling berhadapan diminta untuk memberikan kaunter argument. Ketika debat berlangsung, peserta yang lain didorong untuk memberikan catatan yang berisi usulan argument atau bantahan. Minta mereka untuk bersorak atau bertepuk tangan untuk masing-masing argument dari para wakil kelompok.
7.      Pada saat yang tepat akhiri debat. Tidak perlu menentukan kelompok mana yang menang, buatlah kelas melingkar. Pastika bahwa kelas berintegrasi dengan meminta mereka duduk berdampingan dan mereka berada sebagai kelompok lawan. Diskusikan apa yang mehasiswa pelajari dari pengalaman debat tersebut. Minta mahasiswa untuk mengidentifikasi argument yang paling baik menurut mereka. 


F.     Listening Team

Pengertian operasional dari Listening Team adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan yang melibatkan indera pendengaran. Penggunaan Listening Team dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada pengoptimalan indera pendengaran siswa (di samping indera lainnya), diharapkan secara tepat dapat mendorong siswa agar tetap fokus dan siap siaga selama proses pembelajaran berlangsung.
Strategi ini membantu siswa untuk tetap berkonsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.[6]

Langkah-langkah:
1.      Bagilah siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat tugas masing-masing.
2.      Sampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah selesai, berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas mereka dan beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas mereka.
3.      Mintalah masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka. Baik itu akan menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan sebagainya. Guru hendaknya memperoleh partisipasi peserta didik dari pada yang pernah guru bayangkan.
4.      Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.


G.    Guided Teaching

Proses pembelajaran dengan strategi guided teaching yaitu guru menyampaikan beberapa pertanyaan untuk membuka pikiran dan kemampuan yang siswa miliki. Kemudian siswa diberi waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan diskusi pada kelompok kecil. Dari hasil diskusi yang siswa lakukan di kelompok kecil, siswa menyampaikan hasil jawaban mereka dan hasilnya dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori yang nantinya akan guru sampaikan dalam pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan pembelajaran yang sebenarnya melalui ceramah interaktif. Terakhir, guru bersama siswa mencocokkan dari hasil diskusi kelompok dengan materi yang disampaikan guru.
Strategi pembelajaran terbimbing merupakan suatu perubahan “cantik” dari ceramah secara langsung dan memungkinkan guru mempelajari apa yang telah diketahui dan dipahami para siswa sebelum membuat poin-poin pengajaran. Strategi ini sangat berguna ketika pegajarkan kosep-konsep abstrak.

Langkah-langkah:
1.      Tentukan sebuah pertanyaan dan sejumlah pertanyaan yang membuka pikiran dan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban.
2.      Berilah siswa beberapa saat dengan berpasangan atau bersub-kelompok untuk mempertimbangkan respon-respon mereka.
3.      Gabungkan kembali seluruh kelas dan catatlah gagasan siswa. Jika memungkinkan, pilihlah respon-respon mereka ke dalam daftar terpisah yang berkaitan dengan kategori-kategori atau konsep yang berbeda yang guru coba untuk diajarkan.
4.      Sampaikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin guru ajarkan. Mintalah siswa menggambarkan bagaimana respons mereka cocok dengan poin-poin ini. Catatlah ide-ide yang menambah poin-poin pembelajaran dari materi yang guru berikan.
Strategi ini menggunakan prinsip dasar teknik menggali (Probing Question) adalah memberikan pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa dengan maksud untuk mengembangkan kualitas jawaban yang pertama, sehingga yang berikutnya lebih jelas, akurat, serta lebih beralasan. Disamping itu dengan teknik bertanya menggali ini guru dapat mengetahui tingkat kedalaman pengetahuan siswa.[7]

H.    Point CounterPoint

Strategi pembelajaran Point Counterpoint adalah suatu cara
dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa
untuk aktif berargumen (mengajukan ide-ide, gagasan) dari persoalan yang
muncul atau sengaja dimunculkan dalam pembelajaran sesuai dengan
aturan-aturan yang ada.[8] Strategi ini merupakan sebuah tekhnik hebat untuk merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks. Format tersebut mirip dengan sebuah perdebatan, namun tidak terlalu formal dan berjalan dengan lebih cepat.
Strategi ini sangat baik dipakai untuk melibatkan siswa dalam mendiskusikan isu – isu komplek secara mendalam. Strategi ini dapat di terapkan jika guru hendak menyajikan topik atau permasalahan yang menimbulkan berbagai pandangan yang berbeda.
Langkah-langkah:
  1. Pilihlah isu-isu yang mempunyai banyak perspektif.
  2. Bagi siswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan yang telah anda tentukan.
  3. Minta masing-masing kelmpok untuk menyiapkan argument-argumen sesuai dengan pandangan kelompok yang diwakili. Dalam aktivitas ini, pisahlah tempat duduk masing-masing kelompok.
  4. Kumpulkan kembali semua siswa dengan catatan, siswa duduk berdekatan dengan teman-teman satu kelompok.
  5. Mulai debat dengan mempersilahkan kelompok mana saja yang akan memulai.
  6. Setelah salah seorang siswa menyampaikan satu argument sesuai dengan pandangan yang diwakili oleh kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok yang lain perihal isu yang sama.
  7. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkunkan,
8.      Rangkum debat yang baru saja dilaksanakan dengan menggarisbawahi atau mungkin mencari titik temu dari argument-argumen yang muncul.

I.       Team Quiz
Strategi pembelajaran salah satu upaya untuk membangkitkan siswa belajar Dalvi (2006:53) menyatakan bahwa “Tipe quiz team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab”.
Langkah-langkah:
1.      diawali dengan menerangkan materi pelajaran secara klasikal.
2.       lalu siswa dibagi kedalam kelompok besar.
3.      Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja.
4.      Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut.
5.      Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.

KESIMPULAN
            Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa untuk memulai proses pembelajaran melalui kelompok, tentunya harus di butuhkan suatu model pembelajaran yang tepat, seperti yang telah di paparkan di atas. Agar proses pembelajaran berjalan secara aktif dan efektif, tentunya peran seorang pendidik harus mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa mampu menyerap materi yang di sampaikan oleh pendidik melalui cara belajar kelompok.














DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung, 2005.
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif,  CTSD, Yogyakarta,  2007.
Suprihadi Saputro dkk, Strategi Pembelajaran Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar.  Malang, Depdiknas. 2000.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1. Cet. 2, Jakarta, Kencana, 2007.


[1] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2010., hlm. 400
[2]Ibid., hlm. 396
[3] Ibid., hlm. 394
[4] Ibid., hlm. 395
[5] Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung, 2005., hlm. 150.
[6] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1. Cet. 2, Jakarta, Kencana, 2007. hlm. 145
[7]  Suprihadi Saputro dkk, Strategi Pembelajaran Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar.  Malang, Depdiknas. 2000., hlm. 178
[8] Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif,  CTSD, Yogyakarta,  2007., hlm. 82

No comments:

Post a Comment