PENDAHULUAN
Salah satu upaya
pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dalam dunia pendidikan untuk
mengetahui apakah proses pendidikan berhasil sesuai dengan tujuan-tujuan
pendidikan maka di adakanlah evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilannya. Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran adalah
merupakan kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang
mengawali kegiatan evaluasi dalam penilaian hasil belajar.
Tehnik evaluasi disebut juga instrumen
atau alat pengumpul data[1] hasil belajar,
tidak hanya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai bentuk atau variasinya,
akan tetapi masih ada teknik lainya yang bisa digunakan, yaitu teknik non tes.
Didalam makalah ini penulis akan membahas mengenai teknik tes dan teknik non
tes sebagai alat evaluasi hasil belajar.
PEMBAHASAN
TEKNIK TES DAN TEKNIK NON TES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL
BELAJAR
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi
berasal dari bahasa inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran.
Sedangkan menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.[2]
Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara sepontan dan insidental,
melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana,
sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.
A. TENIK TES
1. Pengertian tes
Tes berasal dari bahasa latin testum
yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Perancis kuno, kata tes
berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak
serta logam lainnya. [3]
sedangakan menurut sumadi surya brata, mengertikan tes adalah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus
dijalankan, yang mendasarkan testee menjawab pertanyaan-pertanyaan atau atau
melakaukan perintah-perintah itu, meyelidiki mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkan dengan standar atau testee lainnya.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat
diketahui bahwa tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan
petunjuk yang ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan
petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut ditentukan tinggi rendahnya akor dalam
bentuk kuantitatif selanjutnya dibandingkan dengan standar yang telah
ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kuantitatif.
2.
Fungsi Tes
Secara umum,
ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu:
a.
Sebagai alat
pengukur terhadap peserta didik.
b.
Sebagai alat
pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat
diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan.
3.
Penggolongan
Tes
Sebagai alat
pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan, tergantung
dari segi mana atau dengan alasan apa penggolongan tes itu dilakukan.
a.
Penggolongan
Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur Perkembangan/ Kemajuan Belajar
Peserta Didik.
1)
Tes seleksi.
Sering dikenal dengan istilah “ujian ringan” atau “ujian masuk”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di mana hasil tes
digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari
sekian banyak calon yang mengikuti tes.
2)
Tes awal. Tes
awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan
diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah
tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik.
Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah.
3)
Tes akhir.
Sering dikenal dengan post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat
dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
4)
Tes diagnostic.
Adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat , jenis kesukaran
yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu.
Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu
maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes
ini juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “Apakah peserta didik
sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk
dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”
5)
Tes formatif.
Adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah
peserta didik “telah terbentuk” (sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “form”
yang berarti “bentuk”.
6)
Tes sumatif.
Adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program
pengajaran selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan istilah
“Ulangan Umum” atau “EBTA” (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), dimana hasilnya
digunakan untuk mengisi rapor atau mengisi ijazah (STTB). Tes sumatif
dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama.
Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih
sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif.
b.
Penggolongan
Tes Berdasarkan Aspek Psikis yang Ingin Diungkap
Ditilik dari
segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap, tes setidak-tidaknya dapat dibedakan
menjadi lima golongan, yaitu:
1)
Tes
intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2)
Tes kemampuan,
yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau
bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3)
Tes sikap,
yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau
kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia
sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
4)
Tes kepribadian,
yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap cirri-ciri khas dari
seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara
berpakaian dan lain-lain.
5)
Tes hasil
belajar, yang sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang
biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
c.
Penggolongan
Lain-lain
Ditilik dari
segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
1)
Tes individual,
yakni tes di mana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja, dan;
2)
Tes kelompok,
yakni tes di mana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Ditilik dari
segi waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaika tes, tes dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)
Power test,
yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut tidak dibatasi, dan;
2)
Speed test,
yakni tes di mana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut dibatasi.
Ditilik dari
segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,yaitu:
1)
Verbal test,
yakni suaut tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk
ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis, dan;
2)
Nonverbal test,
yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan
kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku; jadi
respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau
gerakan-gerakan tertentu.
Apabila
ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya,
tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1)
Tes tertulis,
yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau
soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara
tertulis.
2)
Tes lisan,
yakni tes di mana tester di dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
B. TEKNIK NON TES
Teknik non tes pada umumnya memegang
peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi
ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric
domain), sedangkan teknik tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitif
domain).[4]
Dengan tenik non tes maka penilaian
atau evaluasi hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan
secara sistematis (observasi), melakukan wawancara (interview),
menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau meneliti
dokumen-dokumen (documentary analysis).
1. Pengamatan (observation/al-Ta-ammul)
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan. Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada
waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu
murid olah raga, upacara dan lain-lain.
a. Cara dan
Tujuan Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3
macam:
1) Observasi partisipatif dan
nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang
mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan
oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi
tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau
evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh
observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi
nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2) Observasi sistematis dan observasi
nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan,
observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah
yang akan diamati
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan
tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati
anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah
membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan,
kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian
ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat
kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam
bunga.
3) Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif
tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan,
gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
a) Menilai minat, sikap dan nilai
yang terkandung dalam diri siswa.
b) Melihat proses kegiatan yang
dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
c) Suatu tes essay / obyektif tidak
dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara
lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
b. Sifat
Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu
yaitu:
1. Hanya dilakukan sesuai dengan
tujuan pengajaran
2. Direncanakan secara sistematis
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai
dengan tujuan
4. Dapat diperika validitas,
rehabilitas dan ketelitiaanya.
c. Kelebihan dan
Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain:
1.
Observasi
dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2.
Dalam
observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala
atau kejadian yang penting
3.
Observasi
dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik
lain, misalnya wawancara atau angket
4.
Observer
tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati,
kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain
keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1.
Observer
tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak
dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia
kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia.
Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.
Apabila
si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak
mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.
Observer
banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol
sebelumya.
2. Wawancara
(interview/al-Hiwar)
Wawancara merupakan suatu cara yang dilakukan
secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan
informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama,
wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan
jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan
oleh pewawancara. Kedua adalah
wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan
terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi
yang diperlukan saja.
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan
percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara
langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada
orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat
penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
a.
Hubungan
baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya
pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
b.
Keterampilan
pewawancara
Keterampilan
pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan,
karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
c.
Pedoman
wawancara
Keberhasilan
wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum
guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci,
tentang pertanyaan yang akan diajukan.
Langkah-langkah
penyusunan wawancara :
1.
Perumusan
tujuan
2.
Perumusan
kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3.
Penyusunan
kisi-kisi
4.
Penyusunan
pedoman wawancara
5.
Lembaran
penilaian
Kelebihan dan kelemahan wawancara
Kelebihan wawancara yaitu :
1.
Wawancara
dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan
baik antara pewawancara dengan objek
2.
Wawancara
dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3.
Wawancara
dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
Data tentang
keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan
observasi dan angket.
4.
Wawancara
dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
Sedangkan Kelemahan wawancara:
1.
Keberhasilan
wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai
2.
Kelancaran
wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
3.
Wawancara
menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
4.
Adanya
pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat
evaluasi, yaitu:
a.Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering
dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau
wawancara sistematis (Systematic Interview).
b.Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang
sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview)
atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau
wawancara bebas.
3. Angket (Questionnaire/Istifta)
Angket juga dapat dipergunakan
sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan
wawancara di mana penilai berhadapan secara langsung dengan peserta didik atau
dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai
bahan penilaian hasil belajar yang jauh lebih praktis, menghemat waktu dan
tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban yang diberikan acapkali tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya; apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dalam angket itu kurang tajam, sehingga memungkinkan bagi responden untuk memberikan
jawaban yang diperkirakan akan melegakan atau memberikan kepuasan kepada pihak
penilai.
Angket dapat diberikan langsung
kepada peserta didik, dapat pula diberikan kepada para orang tua mereka. Pada
umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar
mereka.
4. Pemeriksaan Dokumen
(Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan,
perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non
tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan melakukan pemeriksaan
dokumen-dokumen, misalnya dokumen yang memuat informasi mengenai daftar pribadi
(personality infentory); seperti kapan peserta didik dilahirkan, agama
yang dianut dan lain-lain, dan juga mengenai riwayat hidup (auto biografi)
seperti: apakah ia pernah tinggal kelas, apakah ia pernah meraih atau
mendapatkan penghargaan dan masih banyak lagi yang lainya.
Informasi-informasi tersebut dapat
diperoleh melalui sebuah dokumen berbentuk formulir atau blanko isian yang
harus diisi pada saat peserta didik untuk pertama kali diterima sebagai siswa
di sekolah yang bersangkutan.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta
didik orang tua dan lingkunganya pada saat tertentu akan sangat dibutuhkan
sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar
terhadap peserta didiknya.[5]
Melalui
analisis dokumen data pribadi dapat memberikan sumber keterangan untuk
mengadakan penilaian tentang data pribadi siswa, memberikan bimbingan belajar
secara optimal dan mengarahkan pilihan karir jabatan dimasa mendatang.[6]
PENUTUP
Kesimpulan
Tehnik evaluasi
disebut juga instrumen atau alat pengumpul data hasil belajar, tidak hanya
tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai bentuk atau variasinya, akan tetapi
masih ada teknik lainya yang bisa digunakan, yaitu teknik non tes.
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan,
perintah, dan petunjuk yang ditunjukan kepada testee untuk mendapatkan respon
sesuai dengan petunjuk itu. Atas dasar respon tersebut ditentukan tinggi
rendahnya akor dalam bentuk kuantitatif selanjutnya dibandingkan dengan standar
yang telah ditentukan untuk ditarik kesimpulan yang bersifat kuantitatif.
Teknik non tes pada umumnya memegang
peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi
ranah sikap (affective domain) dan ranah ketrampilan (Psychomotoric
domain), dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar
peserta didik dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi),
melakukan wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire),
dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:PT.RajaGrafindo.2005.
Athok Fuadi. System Pengembangan Evaluasi. Jakarta:Poorogo Press.2006.
Djuju sujana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk
Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
M. Chabib Thoha. Tenik Evaluasi pendidikan.
Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. 2003.
Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.2001.
Wayan Nurkanca dan Sunarta. Evaluasi
pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 1986.
[1]Djuju
sujana. Evaluasi Program Pendidikan Luar
Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.hlm. 173
ijin copy ya ..bermanfaat sekali untuk saya..terimakasih..
ReplyDeleteSANGAT BERMANFAAT, TERIMA KASIH.
ReplyDeleteSANGAT BERMANFAAT, TERIMA KASIH.
ReplyDeleteijin copy kak, sangat bermanfaat untuk saya... terima kasih banyak
ReplyDelete