PENILAIAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
Disusun oleh:
Kelompok 2
|
|
Novita Wulandari
|
1111010083
|
Nur Hasanah
|
1111010176
|
Reni Ramayanti
|
1111010199
|
Widi Irawan
|
1111010239
|
Jurusan/ Semester/ Kelas
|
: PAI/ Empat/ D
|
Mata Kuliah
|
: Evaluasi
Pendidikan
|
Dosen
|
: Rijal
Firdaos, M.S.I.
|
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013 M/ 1434 H
DAFTAR ISI
Daftar Isi.......................................................................................................... i
BAB I Pendahuluan......................................................................................... 1
BAB II Pembahasan......................................................................................... 2
A.
Tujuan
dan Dimensi Penilaian Proses Belajar Mengajar....................... 2
B.
Kriteria
dalam Menilai Proses Belajar Mengajar.................................. 5
C.
Sumber
Data dan Teknik Pengumpulannya......................................... 6
BAB III Kesimpulan........................................................................................ 10
Daftar Pustaka.................................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan
melalui sistem penilaian. Sistem penilaian ini sangat berguna bagi kualitas
hasil lulusan. Dari itu maka seorang pendidik harus mengetahui kriteria dan
jenis-jenis penilian yang akan digunakan.
Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan,
setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil
belajar. Pendidikan tidak berorientasi kepada hasil semata, tetapi juga kepada
proses. Oleh sebab itu penilaian terhadap hasil belajar hasil dan proses
belajar harus dilaksanakan secara seimbang, dan, kalau dapat, dilaksanakan
secara simultan. Penilaian terhadap hasil belajar semata-mata , tanpa melalui
proses, cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing hitam kegagalan
pendidikan. Padahal tidak mustahil kegagalan siswa tersebut disebabkan oleh
lemahnya proses belajar mengajar dimana guru merupakan penanggung jawabnya. Di lain
pihak, pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan
yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang
dialaminya. Sehingga apa yag dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses
yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan
oleh guru dalam proses mengajarnya.
Dalam makalah ini, penulis akan secara khusus membahas tentang
tujuan dalam menilai proses belajar mengajar, kriteria dalam menilai proses
belajar mengajar, serta sumber data dan teknik pengumpulannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TUJUAN, DIMENSI PENILAIAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR
Definisi
penilaian sendiri meliputi tiga hal, yakni mengukur, menilai dan mengevaluasi. Jika
diambil satu persatu artinya, mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu
ukuran, pengukuran bersifat kuantitatif. Menilai berarti mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk, menilai bersifat
kualitatif. Sedangkan mengevaluasi meliputi dua hal tersebut.[1] Penilaian
proses belajar-mengajar bertujuan agak berbeda dengan penilaian hasil belajar .
Apabila penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan tujuan
(Instruksional) oleh para siswa, maka tujuan proses belajar mengajar lebih
ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar mengajar itu
sendiri, terutama efisiensi, keefektifan, dan produktivitasnya. Beberapa
diantaranya adalah: efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional,
keefektifan dan relevansi bahan pengajaran, produktivitas kegiatan belajar
mengajar, keefektifan sumber dan sarana pengajaran, keefektifan penilaian hasil
dan proses belajar.
Sejalan
dengan tujuan tersebut, dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan
dengan komponen-komponen yang membentuk proses belajar mengajar dan keterkaitan
atau hubungan diantara komponen-komponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai
dimensi penilaian proses belajar-mengajar setidak-tidaknya mencakup:[2]
1.
Tujuan
pengajaran atau tujuan instruksional
Komponen
tujuan instruksional meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas yang
terkandung di dalamnya, rumusan tujuan, kesesuaian dengan kemampuan siswa,
jumlah waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaiannya dengan kurikulum
yang berlaku, keterlaksanaannya dalam pengajaran.
2.
Bahan
pengajaran
Komponen
Bahan pengajaran meliputi ruang lingkupnya, kesesuaian dengan tujuan, tingkat
kesulitan bahan, kemudahan memperoleh dan mempelajarinya, daya gunanya bagi
siswa, keterlaksanaan sesuai dengan waktu yang tersedia, sumber-sumber untuk
mempelajarinya, cara mempelajarinya, kesinambungan bahan, relevansi bahan
dengan kebutuhan siswa, prasyarat mempelajarinya.
3.
Kondisi
siswa dan kegiatan belajarnya
Komponen
siswa meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi, sikap, cara
belajar, kesulitan belajar, fasilitas belajar yang dimiliki, hubungan sosial
dengan teman sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karakteristik dan
kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa, dan keluarganya yang erat
kaitannya dengan pendidikan di sekolah.
4.
Kondisi
guru dan kegiatan mengajarnya
Komponen
guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar, sikap
keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan
mengembangkan profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian, kemauan dan
kemampuan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa
dan rekan sejawatnya, penampilan
dirinya, keterampilan lain yang diperlukan.
5.
Alat
dan sumber belajar yang digunakan
Komponen
alat dan sumber belajar yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna,
kemudahan pengadaannya, kelengkapannya, manfaatnya bagi siswa dan guru, cara
menggunakannya.
6.
Teknik
dan cara pelaksanaan penilaian
Komponen
penilaian yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan, isi dan rumus
pertanyaan, pemeriksaan dan interpretasinya, sistem penilaian yang digunakan,
pelaksanaan penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, pemanfaatan hasil
penilaian, administrasi penilaian, tingkat kesulitan soal, validitas dan
reliabilitas soal penilaian
(reliabilitas berkaitan dengan masalah kepercayaan)[3],
daya pembeda, frekuensi penilaian, dan perencanaan penilaian.
Komponen-komponen di atas saling berhubungan satu sama lain dan
membentuk suatu sistem. Sebagai sistem tentunya setiap komponen memberikan
kontribusi bagi keberhasilan pengajaran sesuai dengan fungsi masing-masing.
Tujuan pengajaran berfungsi dalam rangka menentukan arah kegiatan pengajaran
sehingga dapat dijadikan patokan atau kriteria dalam menentukan keberhasilan
pengajaran. Bahkan pengajaran berfungsi memberikan isi dan warna terhadap
tujuan pengajaran serta memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh siswa
dan guru. Siswa dan kegiatannya merupakan subjek sekaligus objek dalam
pengajaran. Guru dan pengajarannya sebagai arsitek dan sutradara sekaligus
pelaku dalam pengajaran. Dengan demikian, siswa dan guru menjadi prasyarat
terjadinya proses pengajaran. Alat dan sumber pengajaran berfungsi sebagai
penunjang dan daya dukung terjadinya keefektifan proses pengajaran sehingga
dapat mempermudah siswa belajar dan guru mengajar. Penilaian berfungsi sebagai
alat untuk mengetahui efektif tidaknya pengajaran dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sekaligus berfungsi bahan dalam memperbaiki tindakan
pengajaran selanjutnya.
Oleh sebab itu, penilaian setiap komponen bukan hanya keberadaan-nya,
tetapi juga keterkaitan aspek-aspek yang ada pada setiap komponen dan
keterkaitan antar komponen itu sendiri. Sebagai contoh, menilai aspek-aspek
yang terdapat dalam komponen guru harus dilihat hubungannya dengan komponen
siswa, bahan, dan tujuan pengajaran. Demikian pula menilai komponen penilaian,
tidak bisa terpisahkan dari komponen tujuan, bahan, siswa, dan guru. Penilaian
terhadap proses belajar mengajarmenjadi tugas dan tanggung jawab guru, kepala
sekolah, dan para pengawas dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan,
khususnya kegiatan belajar-mengajar, sekaligus dalam hubungannya dalam
pembinaan para guru.
B.
KRITERIA DALAM MENILAI PROSES
BELAJAR MENGAJAR
Setelah
menentukan dimensi-dimensi penilaian proses, langkah selanjutnya adalah
menentukan kriteria, patokan atau ukuran dalam penilaian proses belajar
mengajar. Kriteria ini penting sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar
mengajar.
Beberapa
kriteria yang bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar diantaranya.
1.
Konsistensi
kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
Dalam hal ini
peran kurikulum sebagai acuan apa yang seharusnya dilak-sanakan dalam proses
belajar mengajar.
2.
Keterlaksanaannya
oleh guru
Dalam hal ini
adalah sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat
dilaksanakan oleh guru dan tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Dengan
demikian apa yang direncanakan dapat dilaksanakan sebagaimana harusnya.
3.
Keterlaksanaannya
oleh siswa
Dalam
hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan
program yang telah ditentukan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan
berarti.
4.
Motivasi
belajar siswa
Keberhasilan
proses belajar mengajar dapat dilihat dari motivasi belajar yang ditunjukkan
oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
5.
Keefektifan
para siswa dalam kegiatan belajar
Penilaian
proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keefektifan siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar.
6.
Interaksi
guru dengan siswa
Interaksi guru
dengan siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik atau
hubungan dua arah antara siswa dengan guru dan/ atau siswa dengan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar.
7.
Kemampuan
atau keterampilan guru mengajar
Keterampilan
atau kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional
sebab merupakan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan
pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll.
8.
Kualitas
hasil belajar yang dicapai oleh siswa
Salah
satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.[4]
Beberapa
kriteria di atas paling tidak dapat dijadikan pegangan oleh para penilai proses
belajar mengajar agar upaya memperbaiki proses belajar mengajar dapat ditentukan
lebih lanjut. Dari kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian mana
yang telah dicapai dan bagian-bagian mana yang belum dicapai untuk kemudian
dilakukan tindakan dan upaya memperbaikinya.
Sekalipun
kriteria tersebut masih umum sifatnya, para penilai dapat dengan mudah
mengembangkan dan menjabarkannya lebih lanjut sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkannya. Hal ini penting mengingat setiap mata pelajaran atau bidang studi
memiliki beberapa karakteristik tertentu, maupun sistem penilaiannya.
C.
SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULANNYA
Penilaian
terhadap aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar memerlukan sumber
informasi atau sumber data dari berbagai pihak, terutama dari pihak yang
terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Sumber data yang diperlukan umumnya
bersumber dari tiga kelompok, yakni tenaga kependidikan, informasi dari siswa,
dan informasi dari orang tua siswa.
1.
Tenaga
kependidikan
Informasi dari
guru terutama berkenaan dengan program pendidikan sebagai kegiatan belajar
mengajar, komponen bahan pengajaran, karakteristik siswa dan kegiatan
belajarnya, alat dan perlengkapan belajar, interaksi guru-siswa dan
siswa-siswa, kemampuan profesional guru itu sendiri, sistem penilaian yang
digunakan, hambatan dan kesulitan guru dan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar, dll. Informasi dari wali kelas dan guru pembimbing berkenaan dengan
karakteristik siswa, masalah yang dihadapi siswa, prestasi dan perkembangan
siswa dalam kegiatan belajarnya, dan karakteristik orang tuanya. Informasi dari
kepala sekolah berkenaan dengan kualifikasi dan kompetensi para guru, program
pendidikan, sarana belajar, alat dan perlengkapan belajar, sistem penilaian,
disiplin dan tata tertib sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan kemajuan siswa
secara umum.
2.
Informasi
dari siswa
Informasi dari siswa terutama berkenaan dengan keadaan dan
karakteristik siswa itu sendiri, pandangan siswa mengenai bahan pengajaran
serta alat dan perlengkapan belajar, pandangan siswa mengenai kemampuan guru
mengajar, pandangan siswa mengenai pandangan siswa belajar di sekolah,
pandangan siswa mengenai penilaian hasil belajar, kesulitan yang dihadapi siswa
dalam belajar, sikap guru pada waktu mengajar, pelayanan yang diterima siswa
dari guru dan dari sekolah pada umumnya, dan hasil belajar yang dicapai.
3.
Informasi
dari orang tua
Informasi dari
orang tua atau masyarakat pemakai lulusan berkenaan dengan motivasi belajar
siswa di rumah, cara belajar siswa, masalah yang dihadapi oleh siswa, bantuan
dan bimbingan yang diberikan oleh orang tua dirumahnya, fasilitas belajar yang
diberikan oleh orang tuanya, aktivitas siswa di masyarakatnya.
Ketiga kelompok sumber informasi tersebut sangat diperlukan untuk menjamin objektivitas
penilaian. Sebagai contoh, penilaian kemampuan guru mengajar tidak cukup hanya
diperoleh dari kepala sekolah, tetapi juga diminta dari siswa. Demikian juga
penilaian cara belajar siswa tidak cukup dari informasi guru, tetapi juga
informasi dari orang tuanya. Dengan demikian, data dan informasi bisa saling
mengisi dan melengkapi.
Ada beberapa teknik untuk memperoleh data dan informasi mengenai
proses belajar mengajar, yaitu:
1.
Kuesioner
dan wawancara, yakni pengajuan pertanyaan secara tertulis (kuesioner) atau
secara lisan (wawancara) kepada sumber data mengenai sumber informasi yang
diperlukan. Misalnya kepada siswa atau guru
diminta pandangannya mengenai kurikulum, penilaian, alat, dan
perlengkapan belajar.
2.
Observasi
atau pengamatan, yakni melihat langsung peristiwa, kejadian, dan perilaku guru
atau siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3.
Skala,
baik skala penilaian maupun skala sikap yang ditujukan kepada guru atau siswa
berkenaan dengan proses belajar mengajar.
4.
Studi
kasus, yakni mempelajari secara mendalam perilaku dan perkembangan siswa
tertentu yang mengalami kesulitan belajar, kesulitan menyesuaikan diri,
kegagalan belajar, dll. Kasus yang dialami siswa yang kaitannya erat dengan
kegiatan belajar mengajar.
5.
Sosiometri,
yakni alat atau teknik untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial para
siswa di dalam kelas.[5]
Kuesioner dan wawancara sebagai alat penilaian proses belajar
mengajar tepat digunakan apabila ingin memperoleh informasi tentang pendapat
dan pandangan berbagai pihak (guru, siswa, orang tua) mengenai
komponen-komponen yang berkenaan dengan proses belajar mengajar. Pendapat dan
pandangan tersebut bisa berupa penilaian, saran atau usul, dan permasalahan
sehingga dapat dijadikan bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan pengajaran.
Penilaian proses belajar mengajar melalui kuesioner dan/ atau
wawancara yang paling baik dilakukan terhadap siswa setelah kegiatan belajar
mengajar selesai dilaksanakan. Siswa dimintai pendapatnya terkait dengan proses
belajar mengajar yang baru saja ditempuhnya. Misalnya ia diminta mengungkapkan
pendapatnya tentang kemampuan guru mengajar, bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru, alat bantu pengajaran, kegiatan belajarnya, cara guru menilai, dan
pemahamannya mengenai bahan yang diajarkan guru. Kuesioner itu disiapkan dan
dilaksanakan oleh guru.
Penilaian proses belajar mengajar yang dapat mengungkapkan keterlak-sanaannya
kegiatan belajar mengajar, baik oleh guru maupun oleh siswa, adalah melalui
observasi proses belajar mengajar. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh
petugas khusus (guru, wali kelas, kepala sekolah, dll.) dengan cara pengamatan
dan pencatatan segala kejadian, peristiwa, atau perilaku yang tampak selama
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Hasil-hasil observasi kemudian
dibicarakan dengan guru-guru yang diobservasi agar diketahui kekurangan dan kelebihannya
sebagai perbaikan dan penyempurnaan mengajar selanjutnya. Kelebihan observasi
dari wawancara dan kuesioner adalah dalam hal keaslian data, karena merupakan
data primer yang diperoleh secara langsung dari pelaku yang diobservasi. Oleh
sebab itu observasi sebagai alat penilaian proses belajar mengajar lebih
bermakna dari alat penilaian lainnya. Skala penilaian dan skala sikap
penggunaannya hampir sama dengan kuesioner, yaitu berupa pertanyaan yang harus
dijawab secara tertulis.
BAB III
Kesimpulan
Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada
dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya
hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar siswadan proses
mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses
belajar-mengajar. Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya
adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efesiensi,
keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan pengajaran.
Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan kom-ponen-komponen
proses belajar-mengajar seperti tuju mengajaran pengajaran, metode, bahan
pengajaran, kegiatan belajar, kegiatan mengajar guru, dan penilaian . kriteria
yang digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain ialah
konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum, keterlaksanaan oleh
guru, keterlaksanaanya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa,
interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil
belajarsiswa. Sumber data dalam penilaian tersebut adalah guru, siswa, tenaga
kependidikan lainya, dan juga orang tua siswa. Penilaianya mengunakan alat-alat
bukan tes seperti kuisioner, wawancara, observasi skala penilaian, dan
sosiometri.
DAFTAR
PUSTAKA
Nana
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2001.
Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi 2, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012
[1] Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi 2, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2012), hlm: 3.
[2] Nana Sudjana, Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), hlm:
57-58.
[3] Suharsimi
Arikunto, Op Cit., hlm: 100.
[4] Nana Sudjana, Op
Cit., hlm: 62.
[5] Ibid.,
hlm: 64.
No comments:
Post a Comment