Pages

Wednesday, 31 December 2014

makalah evaluasi pendidikan



PENILAIAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

Disusun oleh:
Kelompok 2

Novita Wulandari
1111010083
Nur Hasanah
1111010176
Reni Ramayanti
1111010199
Widi Irawan
1111010239

 Jurusan/ Semester/ Kelas
: PAI/ Empat/ D
 Mata Kuliah
: Evaluasi Pendidikan


 Dosen
: Rijal Firdaos, M.S.I.



FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013 M/ 1434 H   

DAFTAR ISI

Daftar Isi.......................................................................................................... i
BAB I Pendahuluan......................................................................................... 1
BAB II Pembahasan......................................................................................... 2
A.    Tujuan dan Dimensi Penilaian Proses Belajar Mengajar....................... 2
B.     Kriteria dalam Menilai Proses Belajar Mengajar.................................. 5
C.     Sumber Data dan Teknik Pengumpulannya......................................... 6

BAB III Kesimpulan........................................................................................ 10
Daftar Pustaka.................................................................................................. 11



BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Sistem penilaian ini sangat berguna bagi kualitas hasil lulusan. Dari itu maka seorang pendidik harus mengetahui kriteria dan jenis-jenis penilian yang akan digunakan.
Penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Pendidikan tidak berorientasi kepada hasil semata, tetapi juga kepada proses. Oleh sebab itu penilaian terhadap hasil belajar hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang, dan, kalau dapat, dilaksanakan secara simultan. Penilaian terhadap hasil belajar semata-mata , tanpa melalui proses, cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan. Padahal tidak mustahil kegagalan siswa tersebut disebabkan oleh lemahnya proses belajar mengajar dimana guru merupakan penanggung jawabnya. Di lain pihak, pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya. Sehingga apa yag dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses mengajarnya.
Dalam makalah ini, penulis akan secara khusus membahas tentang tujuan dalam menilai proses belajar mengajar, kriteria dalam menilai proses belajar mengajar, serta sumber data dan teknik pengumpulannya.







BAB II
PEMBAHASAN

A.  TUJUAN, DIMENSI PENILAIAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR
Definisi penilaian sendiri meliputi tiga hal, yakni mengukur, menilai dan mengevaluasi. Jika diambil satu persatu artinya, mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, pengukuran bersifat kuantitatif. Menilai berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk, menilai bersifat kualitatif. Sedangkan mengevaluasi meliputi dua hal tersebut.[1] Penilaian proses belajar-mengajar bertujuan agak berbeda dengan penilaian hasil belajar . Apabila penilaian hasil belajar lebih ditekankan pada derajat penguasaan tujuan (Instruksional) oleh para siswa, maka tujuan proses belajar mengajar lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan belajar mengajar itu sendiri, terutama efisiensi, keefektifan, dan produktivitasnya. Beberapa diantaranya adalah: efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional, keefektifan dan relevansi bahan pengajaran, produktivitas kegiatan belajar mengajar, keefektifan sumber dan sarana pengajaran, keefektifan penilaian hasil dan proses belajar.
Sejalan dengan tujuan tersebut, dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan komponen-komponen yang membentuk proses belajar mengajar dan keterkaitan atau hubungan diantara komponen-komponen tersebut. Komponen pengajaran sebagai dimensi penilaian proses belajar-mengajar setidak-tidaknya mencakup:[2]
1.    Tujuan pengajaran atau tujuan instruksional
Komponen tujuan instruksional meliputi aspek-aspek ruang lingkup tujuan, abilitas yang terkandung di dalamnya, rumusan tujuan, kesesuaian dengan kemampuan siswa, jumlah waktu yang tersedia untuk mencapainya, kesesuaiannya dengan kurikulum yang berlaku, keterlaksanaannya dalam pengajaran.
2.    Bahan pengajaran
Komponen Bahan pengajaran meliputi ruang lingkupnya, kesesuaian dengan tujuan, tingkat kesulitan bahan, kemudahan memperoleh dan mempelajarinya, daya gunanya bagi siswa, keterlaksanaan sesuai dengan waktu yang tersedia, sumber-sumber untuk mempelajarinya, cara mempelajarinya, kesinambungan bahan, relevansi bahan dengan kebutuhan siswa, prasyarat mempelajarinya.
3.    Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya
Komponen siswa meliputi kemampuan prasyarat, minat dan perhatian, motivasi, sikap, cara belajar, kesulitan belajar, fasilitas belajar yang dimiliki, hubungan sosial dengan teman sekelas, masalah belajar yang dihadapi, karakteristik dan kepribadian, kebutuhan belajar, identitas siswa, dan keluarganya yang erat kaitannya dengan pendidikan di sekolah.
4.    Kondisi guru dan kegiatan mengajarnya
Komponen guru, yang meliputi penguasaan mata pelajaran, keterampilan mengajar, sikap keguruan, pengalaman mengajar, cara mengajar, cara menilai, kemauan mengembangkan profesinya, keterampilan berkomunikasi, kepribadian, kemauan dan kemampuan memberikan bantuan dan bimbingan kepada siswa, hubungan dengan siswa dan  rekan sejawatnya, penampilan dirinya, keterampilan lain yang diperlukan.
5.    Alat dan sumber belajar yang digunakan
Komponen alat dan sumber belajar yang meliputi jenis alat dan jumlahnya, daya guna, kemudahan pengadaannya, kelengkapannya, manfaatnya bagi siswa dan guru, cara menggunakannya.
6.    Teknik dan cara pelaksanaan penilaian
Komponen penilaian yang meliputi jenis alat penilaian yang digunakan, isi dan rumus pertanyaan, pemeriksaan dan interpretasinya, sistem penilaian yang digunakan, pelaksanaan penilaian, tindak lanjut hasil penilaian, pemanfaatan hasil penilaian, administrasi penilaian, tingkat kesulitan soal, validitas dan reliabilitas soal penilaian  (reliabilitas berkaitan dengan masalah kepercayaan)[3], daya pembeda, frekuensi penilaian, dan perencanaan penilaian.
Komponen-komponen di atas saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu sistem. Sebagai sistem tentunya setiap komponen memberikan kontribusi bagi keberhasilan pengajaran sesuai dengan fungsi masing-masing. Tujuan pengajaran berfungsi dalam rangka menentukan arah kegiatan pengajaran sehingga dapat dijadikan patokan atau kriteria dalam menentukan keberhasilan pengajaran. Bahkan pengajaran berfungsi memberikan isi dan warna terhadap tujuan pengajaran serta memberikan petunjuk apa yang harus dilakukan oleh siswa dan guru. Siswa dan kegiatannya merupakan subjek sekaligus objek dalam pengajaran. Guru dan pengajarannya sebagai arsitek dan sutradara sekaligus pelaku dalam pengajaran. Dengan demikian, siswa dan guru menjadi prasyarat terjadinya proses pengajaran. Alat dan sumber pengajaran berfungsi sebagai penunjang dan daya dukung terjadinya keefektifan proses pengajaran sehingga dapat mempermudah siswa belajar dan guru mengajar. Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui efektif tidaknya pengajaran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekaligus berfungsi bahan dalam memperbaiki tindakan pengajaran selanjutnya.
Oleh sebab itu, penilaian setiap komponen bukan hanya keberadaan-nya, tetapi juga keterkaitan aspek-aspek yang ada pada setiap komponen dan keterkaitan antar komponen itu sendiri. Sebagai contoh, menilai aspek-aspek yang terdapat dalam komponen guru harus dilihat hubungannya dengan komponen siswa, bahan, dan tujuan pengajaran. Demikian pula menilai komponen penilaian, tidak bisa terpisahkan dari komponen tujuan, bahan, siswa, dan guru. Penilaian terhadap proses belajar mengajarmenjadi tugas dan tanggung jawab guru, kepala sekolah, dan para pengawas dalam upayanya meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya kegiatan belajar-mengajar, sekaligus dalam hubungannya dalam pembinaan para guru.

B.  KRITERIA DALAM MENILAI PROSES  BELAJAR MENGAJAR
Setelah menentukan dimensi-dimensi penilaian proses, langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria, patokan atau ukuran dalam penilaian proses belajar mengajar. Kriteria ini penting sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar mengajar.
Beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar diantaranya.
1.      Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
Dalam hal ini peran kurikulum sebagai acuan apa yang seharusnya dilak-sanakan dalam proses belajar mengajar.
2.      Keterlaksanaannya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dan program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru dan tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Dengan demikian apa yang direncanakan dapat dilaksanakan sebagaimana harusnya.
3.      Keterlaksanaannya oleh siswa
Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan berarti.
4.      Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
5.      Keefektifan para siswa dalam kegiatan belajar
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keefektifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.


6.      Interaksi guru dengan siswa
Interaksi guru dengan siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antara siswa dengan guru dan/ atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
7.      Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
Keterampilan atau kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan semua kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll.
8.      Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa.[4]
Beberapa kriteria di atas paling tidak dapat dijadikan pegangan oleh para penilai proses belajar mengajar agar upaya memperbaiki proses belajar mengajar dapat ditentukan lebih lanjut. Dari kriteria tersebut penilai dapat melihat bagian-bagian mana yang telah dicapai dan bagian-bagian mana yang belum dicapai untuk kemudian dilakukan tindakan dan upaya memperbaikinya.
Sekalipun kriteria tersebut masih umum sifatnya, para penilai dapat dengan mudah mengembangkan dan menjabarkannya lebih lanjut sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya. Hal ini penting mengingat setiap mata pelajaran atau bidang studi memiliki beberapa karakteristik tertentu, maupun sistem penilaiannya.

C.  SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULANNYA
Penilaian terhadap aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar memerlukan sumber informasi atau sumber data dari berbagai pihak, terutama dari pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Sumber data yang diperlukan umumnya bersumber dari tiga kelompok, yakni tenaga kependidikan, informasi dari siswa, dan informasi dari orang tua siswa.
1.    Tenaga kependidikan
Informasi dari guru terutama berkenaan dengan program pendidikan sebagai kegiatan belajar mengajar, komponen bahan pengajaran, karakteristik siswa dan kegiatan belajarnya, alat dan perlengkapan belajar, interaksi guru-siswa dan siswa-siswa, kemampuan profesional guru itu sendiri, sistem penilaian yang digunakan, hambatan dan kesulitan guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, dll. Informasi dari wali kelas dan guru pembimbing berkenaan dengan karakteristik siswa, masalah yang dihadapi siswa, prestasi dan perkembangan siswa dalam kegiatan belajarnya, dan karakteristik orang tuanya. Informasi dari kepala sekolah berkenaan dengan kualifikasi dan kompetensi para guru, program pendidikan, sarana belajar, alat dan perlengkapan belajar, sistem penilaian, disiplin dan tata tertib sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan kemajuan siswa secara umum.
2.    Informasi dari siswa
Informasi dari siswa terutama berkenaan dengan keadaan dan karakteristik siswa itu sendiri, pandangan siswa mengenai bahan pengajaran serta alat dan perlengkapan belajar, pandangan siswa mengenai kemampuan guru mengajar, pandangan siswa mengenai pandangan siswa belajar di sekolah, pandangan siswa mengenai penilaian hasil belajar, kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar, sikap guru pada waktu mengajar, pelayanan yang diterima siswa dari guru dan dari sekolah pada umumnya, dan hasil belajar yang dicapai.
3.    Informasi dari orang tua
Informasi dari orang tua atau masyarakat pemakai lulusan berkenaan dengan motivasi belajar siswa di rumah, cara belajar siswa, masalah yang dihadapi oleh siswa, bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh orang tua dirumahnya, fasilitas belajar yang diberikan oleh orang tuanya, aktivitas siswa di masyarakatnya.
Ketiga kelompok sumber informasi tersebut  sangat diperlukan untuk menjamin objektivitas penilaian. Sebagai contoh, penilaian kemampuan guru mengajar tidak cukup hanya diperoleh dari kepala sekolah, tetapi juga diminta dari siswa. Demikian juga penilaian cara belajar siswa tidak cukup dari informasi guru, tetapi juga informasi dari orang tuanya. Dengan demikian, data dan informasi bisa saling mengisi dan melengkapi.
Ada beberapa teknik untuk memperoleh data dan informasi mengenai proses belajar mengajar, yaitu:
1.    Kuesioner dan wawancara, yakni pengajuan pertanyaan secara tertulis (kuesioner) atau secara lisan (wawancara) kepada sumber data mengenai sumber informasi yang diperlukan. Misalnya kepada siswa atau guru  diminta pandangannya mengenai kurikulum, penilaian, alat, dan perlengkapan belajar.
2.    Observasi atau pengamatan, yakni melihat langsung peristiwa, kejadian, dan perilaku guru atau siswa pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3.    Skala, baik skala penilaian maupun skala sikap yang ditujukan kepada guru atau siswa berkenaan dengan proses belajar mengajar.
4.    Studi kasus, yakni mempelajari secara mendalam perilaku dan perkembangan siswa tertentu yang mengalami kesulitan belajar, kesulitan menyesuaikan diri, kegagalan belajar, dll. Kasus yang dialami siswa yang kaitannya erat dengan kegiatan belajar mengajar.
5.    Sosiometri, yakni alat atau teknik untuk memperoleh data mengenai hubungan sosial para siswa di dalam kelas.[5]
Kuesioner dan wawancara sebagai alat penilaian proses belajar mengajar tepat digunakan apabila ingin memperoleh informasi tentang pendapat dan pandangan berbagai pihak (guru, siswa, orang tua) mengenai komponen-komponen yang berkenaan dengan proses belajar mengajar. Pendapat dan pandangan tersebut bisa berupa penilaian, saran atau usul, dan permasalahan sehingga dapat dijadikan bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan pengajaran.
Penilaian proses belajar mengajar melalui kuesioner dan/ atau wawancara yang paling baik dilakukan terhadap siswa setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan. Siswa dimintai pendapatnya terkait dengan proses belajar mengajar yang baru saja ditempuhnya. Misalnya ia diminta mengungkapkan pendapatnya tentang kemampuan guru mengajar, bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, alat bantu pengajaran, kegiatan belajarnya, cara guru menilai, dan pemahamannya mengenai bahan yang diajarkan guru. Kuesioner itu disiapkan dan dilaksanakan oleh guru.
Penilaian proses belajar mengajar yang dapat mengungkapkan keterlak-sanaannya kegiatan belajar mengajar, baik oleh guru maupun oleh siswa, adalah melalui observasi proses belajar mengajar. Observasi atau pengamatan dilakukan oleh petugas khusus (guru, wali kelas, kepala sekolah, dll.) dengan cara pengamatan dan pencatatan segala kejadian, peristiwa, atau perilaku yang tampak selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Hasil-hasil observasi kemudian dibicarakan dengan guru-guru yang diobservasi agar diketahui kekurangan dan kelebihannya sebagai perbaikan dan penyempurnaan mengajar selanjutnya. Kelebihan observasi dari wawancara dan kuesioner adalah dalam hal keaslian data, karena merupakan data primer yang diperoleh secara langsung dari pelaku yang diobservasi. Oleh sebab itu observasi sebagai alat penilaian proses belajar mengajar lebih bermakna dari alat penilaian lainnya. Skala penilaian dan skala sikap penggunaannya hampir sama dengan kuesioner, yaitu berupa pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis.




BAB III
Kesimpulan

Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa tergantung pula pada proses belajar siswadan proses mengajar guru. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar-mengajar. Tujuan penilaian proses belajar-mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan pengajaran.
Dimensi penilaian proses belajar-mengajar berkenaan dengan kom-ponen-komponen proses belajar-mengajar seperti tuju mengajaran pengajaran, metode, bahan pengajaran, kegiatan belajar, kegiatan mengajar guru, dan penilaian . kriteria yang digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain ialah konsitensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum, keterlaksanaan oleh guru, keterlaksanaanya oleh siswa, motivasi belajar siswa, keaktifan siswa, interaksi guru siswa, kemampuan atau ketrampilan guru, kualitas hasil belajarsiswa. Sumber data dalam penilaian tersebut adalah guru, siswa, tenaga kependidikan lainya, dan juga orang tua siswa. Penilaianya mengunakan alat-alat bukan tes seperti kuisioner, wawancara, observasi skala penilaian, dan sosiometri.







DAFTAR PUSTAKA


Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001.

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi 2, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012



[1] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi 2, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm: 3.
[2] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), hlm: 57-58.
[3] Suharsimi Arikunto, Op Cit., hlm: 100.
[4] Nana Sudjana, Op Cit., hlm: 62.
[5] Ibid., hlm: 64.

No comments:

Post a Comment