PENDAHULUAN
Belajar pada hakekatnya
adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Belajar dapat di pandang sebagai proses yang di arahkan kepada tujuan dan
proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses
melihat, mengamati dan memahami sesuatu.
Proses belajar pada
dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan memenyempurnakan
kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya. Secara
filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna
hidup yang bisa di laluimelalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan,
mengkaji, melakukan dan meyakini segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya
memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang di cita-citakan manusia.
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dasar Belajar
Sebagian
besar dari proses perkembangan berangsung melalui kegiatan belajar. Belajar
yang di sadari atau tidak, sederhana atau kompleks, belajar sendiri atau dengan
bantuan guru, belajar dari buku atau media elektronika, belajar di sekolah atau
di rumah, di lingkungan kerja atau di masyarakat.
Belajar selalu
berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu
mengarah kepada yang lebih baik atupun yang kurang baik, direncanakan atu
tidak. Hal lain yang selalu berkaitan dengan belajar adalah pengalaman,
pengalaman yang berbentuk interaksi dengan rang lain atau dengan lingkungan.
Unsur perubahan dan
pengalaman hampir selalu di tekankan dalam rumusan atau definisi tentang
belajar, yang dikemukakan para ahli. Menurut Witherington (1952 h.165) “belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian. Yang di manifestasikan sebagai pola-pola
respon yang baru yang berbentuk keterampilan”.[1]
B.
Pengertian
Belajar
Belajar adalah suatu
usaha perbuatan yang di lakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistematis,
mendaya gunakan smua potensi yang di miliki, baik fisik, mental serta dana,
panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan
seperti intelejensi, bakat, motifasi, minat dan sebagainya. [2]
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita melakukan banyak kegiatan yang sebenarnya merupakan “gejala
belajar”, dalam arti mustahillah melakukan kegiatan itu, kalau kiata tidsk
belajar terlebih dahulu. Misalnya kita mengenakan pakaiyan, kita makan dengan
mengggunakan alat-alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain dengan bahasa
nasional dan lain sebagainya.
Apa yang menjadikan
semua kegiatan itu suatu gejala belajar? Kemampuan untuk melakukan itu semua di
peroleh mengingat mula-mula kemampuan tiu belum ada. Maka terjadilah proses
perubahan dari belum mampu menjadi mampu, dan proses perubahan itu terjadi
selama jangka waktu tertentu. Adanya pola prilaku yamg menandakan telah terjadi
belajar. Makin banyak kemampuan yang di peroleh sampai menjadi milik pribadi,
makin banyak pula perubahan yang telah di alami.
Perubahan akibat
belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang
lagi. Kemampuan yang telah di peroleh menjadi milik pribadi yang tidak akan
hapus begitu saja.[3]
Ada beberapa pengertian
yang di kemukakan oleh para ahli mengenai belajar, yaitu:
1) Witherrinton,
dalam buku Education to Psychology mengemukakan: “belajar adalah salah satu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian”.
2) Morgan,
dalam buku Introduction to Psychology (1978)
mengemukakan: “belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkahlaku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman”.
3) Lee
J. Croubbach: “learning is shown by
change in behavior as result of experience.” Artinya: belajar itu tampak
oleh perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.[4]
C.
Arti
Penting Belajar Bagi Perkembangan Dan Kehidupan Manusia
Perkembangan dapat di
artikan sebagai proses berlangsungnya perubahan-perubahan dalam diri seseorang
yang membawa penyempurnaan dalam kepribadiannya. Pada anak didik proses itu
memuncak, bila dia sudah mencapai kedewasaan. Sudah tentu bahwa perkembangan
masih berjalan terus sampai orang memasuki usia lanjut. Tetapi yang paling di
soroti sekarang ini adalah proses perubahan yang berlangsung pada anak yang
masih dalam taraf pendidikan.
Salah satu aspek pokok
dari perkembangan ialah “pertumbuhan”, yaitu proses berlangsungnya
perubahan-perubahan jasmani pada diri seseorang dengan meningkatnya umur,
sampai kejasmanian telah terbentu sepenuhnya. Pertumbuhan berlangsung sejak
saat terjadi pembuahan dan menyumbangkan struktur jasmani yang memungkinkan
perkembanhan mental/psikis, yang meliputi aspek perkembangan koknitif, afektif dan perkembanhan sosial.
a)
Perkembangan
Kognitif
Perkembangan
kognitif meliputi peningkatan pengetahuan serta pemahaman yang sering juga di
sebut dengan “perkembangan intelektual” dan
perluasan kemampuan berbahasa.
b)
Perkembangan
Afektif
Perkembangan
afektif menyangkut pemerkayaan alam perasaan. Kalau anak pada aawal mula hanya
mengenal perasaan senamng atau tidak senang, lama-kelamaan dia akan mengalami
berbagai perasaan senang, seperti rasa puas, rasa gembira, rasa kagum. Demikian
pula dengan perasaan tidak senang, akan mengalami berbagai variasi, seperti rasa
takut, rasa benci, rasa kesal dan marah.
c)
Perkembangan
Sosial
Perkembangan
sosial meliputi penghayatan berbagai kebutuhan, baik biologis maupun
psikologis, dan penentuan diri sebagai makhluk yang bebas dan rasional.[5]
KESIMPULAN
Dari pemaparan
makalah diatas dapat kami simpulkan yaitu:
1. Beljar
merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang relatif permanen karna adanya
pengalaman.
2. Perubahan
prilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan
domain (kognitif, afektif dan sosial).
3. Belajar
adalah suatu usaha. Perbuatan yang di lakukan secara sungguh-sungguh, dengan
sistematis,mendaya gunakan semua potensi yang dimiliki.
DAFTAR
PUSTAKA
Nana
Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007
M.Dalyono,
psikologi pendidikan, Rineka Cipta,
jakarta, 2009
Winkel, Psikologi Pengajaran, PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1996 hlm 50
[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007 hlm155
[2] M.Dalyono, psikologi pendidikan, Rineka Cipta, jakarta, 2009 hlm 49
[3] Winkel, Psikologi Pengajaran, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,
1996 hlm 50
[4] M.Dalyono, psikologi pendidikan, Rineka Cipta, jakarta, 2009 hlm 212
[5] Winkel, Psikologi Pengajaran, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,
1996 hlm 18
No comments:
Post a Comment