PENDAHULUAN
Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar
menyampaikan pesankepada peserta didik, akan tetapi merupakan aktifitas
professional yang menuntutguru untuk dapat menggunakan keterampilan dasar
mengajar secara terpadu, sertamenciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien. Sistem lingkungan
(pembelajaran) ini terdiri darikomponen-komponen yang saling mempengaruhi,
antara lain: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, guru dan siswa,
jenis kegiatan yangdilakukan, sarana/prasarana belajar yang tersedia, dan
penilaian.
Komponen-komponen ini saling bergantung, saling berkaitan,
dan saling mempengaruhidalam kerangka proses pembelajaran, dan berfungsi secara
terpadu kea rahtercapainya tujuan pembelajaran.Mengingat pentingnya suatu
pembelajaran tersebut, maka perlu adanyasuatu perencanaan yang perlu dilakukan.
Hali ini agar pembelajaran yangdilakukan dapat berjalan dengan baik. Untuk itu
kami menyusun makalah yang berjudul “Prinsip-Prinsip Perencanaan
Pembelajaran” untuk memberikaninformasi tentan berbagai prinsip ytang mendasari
perencanaan pembelajaran dan berbagai materi yang terkait dengan
perencanaan pembelajaran
PEMBAHASAN
A. PENGEMBANGAN
MEDIA PEMBELAJARAN
Salah satu kriteria yang sebaiknya
di gunakan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran
dan kemudian memperolehnya. Apabila media yang sesuai itu belum tersedia maka
guru berupaya untuk mengembangkannya sendiri. Media tersebut meliputi media
berbasis visual (yang meliputi gambar,
chart, grafik, transparasi, dan slide). Media berbasisi audio visual (video dan
audio tape), dan media berbasisi komputer (komputer dan video interaktif).
1. Media
Berbasis Visual
Keberhasilan penggunaan media
berbasis visual di tentukan oleh kualitas dan evektifitas bahan-bahan visual
dan grafik itu. Hal ini hanya dapat di capai dengan mengatur dan
mengorganisasikan gagasan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama,
dan menggunakan teknik-teknik dasar visualisasi objek, konsep, informasi, atau
situasi.
Jika mengamati bahan-bahan gafis,
gambar, dan lain-lain. Yang ada di sekitar kita seperti majalah, iklan-iklan, papan informasi kita akan
menemukan banyak gagasan untuk merancang bahan visual yang menyankut penataan
elemen-elemen visual yang akan di tampilkan.
Dalam proses penataan itu harus
diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain prinsip
kesederhanaan, keterpaduan, penekanan dan keseimbangan. Unsur-unsur berikutnya
yang harus diperhatikan adalah bentuk garis, ruang, tekstur, dan warna.[1]
a.
Kesederhanaan
Secara umum kesederhanaan itu
mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu visual jumlah elemen
yang sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang di sajikan
visual itu.
b.
Keterpaduan
Keterpaduan mengacu kepada
hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual yang ketika di amati akan
berfungsi secara bersama-sama.
c.
Penekanan
Meskipun menyajikan fisual di
rancang sederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin di sajikan memerlukan
penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa.
d.
Keseimbangan
Bentuk atau pola yang di pilih
sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan
meskipun tidak seluruhnya simetri.
e.
Bentuk
Bentuk yang aneh dan asing bagi
siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian. Oleh karena itu, pemilihan
bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran
perlu diperhatikan.
f.
Garis
Garis di gunakan untuk
menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk
mempelajari suatu urutan-urutan khusus.
g.
Tekstur
Tekstur adalah unsur visual yang
dapat menimbulkan kesan kasar atau halus. Tekstur dapat di gunakan untuk
penekanan unsur seperti warna.
h.
Warna
Warna merupakan unsur visual yang
penting, tetapi ia harus di gunakan dengan hati-hati untuk memperoleh dampak
yang baik.
2. Media
Berbasis Audio Visual
Merupakan bentuk media
pembelajaran yang murah dan terjangkau. Di samping itu, tersedia juga materi
audio yang dapat di gunakan dan dapat di sesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa. Audio dapat menampilkan pesan yang memotivasi.
Disamping menarik dan memotivasi
siswa, untuk dapat mempelajari lebih banyak, materi audio dapat di gunakan
untuk:
1)
Mengembangkan
ketrampilan mendengar dan mengevaluasi apa yang telah di dengar.
2)
Mengatur
dan mempersiapkan diskusi atau debat dengan mengungkapkan pendapat para ahli
yang jauh dari lokasi.
3)
Menjadikan
model yang akann ditiru oleh siswa.
4)
Menyiapkan
fariasi yang menerik dan perubahan-perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai
suatu pokok bahasan atau masalah.
a)
Radio
dan Tape
Penggunaan audio dalam
pembelajaran di batasi oleh imajinasi guru dan siswa. Media audio dapat
digunakan dalam semua fase pembelajaran mulai dari pengantar atau pembukaaan
ketika memperkenalkan topik bahasan sampai pada evaluaisi belajar siswa.
Kegunaan media audio yang haus di
pertimbangkan dalam pembelajaran bahasa asing. Siswa dapat mendengarkan rekaman
suara putaran asli bahasa asing yang di pelajarinya untuk di jadikan model dalam
latihan pengucapan.[2]
b)
Kombinasi
Slide dan Suara
Gabungan slide dengan tape audio
adalah jenis sistem multimedia yang paling mudah di produksi. Sistem multimedia
ini serba guna, mudah digunakan, dan cukup efektif untuk pembelajaran kelompok
atau pelajaran perorangan dan pelajaran mandiri.
Media pembelajaran gabungan slide
dan tape dapat di gunakan pada berbagai lokasi dan untuk berbagai tujuan
pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar guna menginformasikan dan mendorong
lahinya respon emosional.
3. Media
Berbasis Komputer
Kemajuan teknologi komputer sejak
muncul pada tahun 1950-an hingga tahun 1960-an sangat lamban. Ruang besar dan
jumlah orang yang cukup banyak diperlukan untuk menjalankan komputer pada masa
itu. Namun sejak tahun 1975 ketika di temukan prosesor kecil keadaan tersebut
berubah secara dramatis.
Prosesor kecil berisikan semua
kemampuan yang di perlukan untuk memproses berbagai perintah yang sebelumnya
harus di lakukan oleh peralatan yang memenuhi ruangan besar. Bahkan
pengembangan prosesor kecil itu terus berlangsung hingga kini yang bukan saja
ukurannya yang lebih kecil tapi juga kemampuannya semakin besar dan
kecepatannya semakin tinggi.
Di samping digunakan untuk
keperluan administrasi dan pengembangan usaha pada perusahaan besar dan kecil,
komputerpun mendapat tempat di sekolah-sekolah. Di negara maju, misalnya
Amerika, komputer sudah di gunakan di sekolah-sekolah dasar sejak tahun 1980-an
dan kini di setiap sekolah komputer sudah merupakan barang yang lumrah.
4. Multimedia
Berbasis Komputer dan Inter-active Video
Meskipun definisi multimedia
belum jelas, secara sederhana ia dia artikan sebagai lebih dari satu media. Ia bisa berupa kombinasi antara teks,
grafik, animasi, suara, dan video. Konsep penggabungan ini dengan sendirinya
memerlukan beberapa jenis peralatan perangkat keras yang masing-masing tetap
menjalankan fungsi utamanya sebagaimana biasanya, dan komputer merupakan
pengendali dari seluruh peralatan itu.
Informasi yang di sajikan melalui
multimedia ini berbentuk dokumen yang hidup, dapat di lihat di layar monitor
atau ketika di proyeksikan ke layar lebar. Multimedia berbasisi komputer ini
sangat menjanjikan untuk pengaruhnya dalam bidang pendidikan meskipun saat ini
penggunaan media itu masih di anggap mahal, dalam beberapa tahun mendatang
biyaya itu akan semakin rendah dan dapat terjangkau sehingga dapat digunakan
secara meluas di berbagai jenjang sekolah.[3]
B. PENGEMBANGAN
EVALUASI PEMBELAJARAN
Keberhasilan
suatu kegiatan evaluasi akan di pengaruhi pula oleh keberhasilan keberhasilan
evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud
adalahlangkah-langkah pokok yang harus di tempuh dalam kegiatan evaluasi.
a. Perencanaan
evaluasi
Dalam melaksanakan sutu kegiatan
tentunya harus sesuai dengan apa yang di rencanakan. Hal ini di maksud agar
hasil yang di peroleh lebih maksimal. Namun, banyak juga orang yang
melaksanakan suatu kegiatan tanpa perencanaan yang jelas sehingga hasilnyapun
kurang maksimal. Oleh sebab itu, seorang evaluator harus dapat membuat
perencanaan evaluasi dengan baik.
Langkah pertama yang perlu
dilakukan dalam kegiatan evaluasi adalah membuat perencanaan. Perencanaan ini
penting karena akan mempengaruhi langkah-langkah selanjutnya, bahkan
mempengaruhi keefektifan prosedur evaluasi secara menyeluruh.[4]
1)
Menentukan
Tujuan Penilaian
Dalam kegiatan penilaian, tentu
guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan penilaian ini harus di
rumuskan secara jelas dan tegas serta di tentukan sejak awal, karena menjadi
dasar untuk menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis, model dan karakter.
Dalam penilaian hasil belajar, ada kemungkinan tujuan penilaian, yaitu
memperbaiki kinerja, atau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan
keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik dalam proses pembelajaran (diasnogtis), atau untuk menempatkan
posisi peserta didik sesuai kemampuannya (penempatan).
2)
Mengidentifikasi
Kompetisi dan Hasil Belajar
Kompetensi adalah pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang di refleksikan pada kebiasaan
berfikir dan bertindak. Dalam kurikulum KBK, semua kopetensi hasil belajar
sudah di rumuskan oleh tim pengembangan kurikulum seperti standar kompetensi,
kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.
3)
Menyusun
Kisi-Kisi
Penyusunan kisi-kisi dimaksud
agar materi penilaian betul-betul representatif dan relevan dengan materi
pelajaran yang sudah di berikan oleh guru kepada peserta didik. Kisi-kisi
adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik
atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu.
4)
Mengembangkan
Draf Instrumen
Mengembangkan draf instrumen
penilaian meupakan salh satu langkah penting dalm prosedur penilaian. Instrumen
penilaian dapat disusun dalam bentuk tes dan nontes.
5)
Uji
Coba dan Analisis Soal
Jika semua soal sudah di susun
dengan baik, maka perlu diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya
untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu di ubah, diperbaiki, bahkan di buang
sama sekali, seta soal-soal mana yang baik untuk di pergunakan selanjutnya.
b. Pelaksanaan
Evaluasi
Pelakssanaan evaluasi artinya
bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi yang sesuai dengan perencanaan
evaluasi. Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang di
gunakan. Jenis evaluas yang di gunakan akan mempengaruhi seorang evaluator
dalam menetukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data dan
lainnya.
c. Monitoring
Pelaksanaan Evaluasi
Langkah
ini di lakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah
sesuai perencanaan evaluasi yang telah di tetapkan atau belum. Tujuannya adalah
untuk mencegah hal-hal yang negatif dan mningkatkan evisinsi pelaksanaan
evaluasi.monitoring mempunyai dua fungsi pokok. Pertama, untuk melihat
relevansi pelaksanaan evaluasi. Kedua, untuk melihat hal-hal apa yang terjadi
selama pelaksanaan evaluasi.
Untuk
melaksanakan monitoring, evaluator dapat menggunakan beberapa teknik, seperti
observasi partisipasif, wawancara, atau studi dokumentasi.data yang di peroleh
dari hasil monitoring harus cepat dianalisis sehingga dapat memberikan makna
bagi pelaksana evaluasi.
d. Pengolah
Data
Setelah
semua di kumpulkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka
selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data hasil evaluasi ada yang berbentuk
kuantitatif, dan data kualitatif. Data kualitatif tetu di olah dan di analisis
secara kualitatif. Sedang data kuantitatif diolah dan di analisis dengan
bantuan statistika, baik statistika deskriptif maupun statistika inferensial.
e. Pelaporan
Hasil Evaluasi
Semua
hasil evaluasi harus harus di laporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti orang tua/wali, kepala sekolah, pengawas, pemerintah,
mitra sekolah, dan peserta didik itu sendiri sebagai bentuk akuntabilitas
publik.
Hasil
evaluasi juga erlu di laporkan kepadda pemerintah, dalam hal ini departemen
pendidikan nasional melalui dinas pendidikan kabupaten kota dan provinsi, untuk
melihat kemajuan-kemajuan peserta didik, baik secara kelompok maupun
perseorangan, yang pada gilirannya akan memberikan penilaian pada sekolah yang
bersangkutan.
f. Penggunaan
Hasil Evaluasi
Tahap
ahir dari prosedur evaluasi adalah penggunaan atau pemanfaatan hasil evaluasi.
Salah satu hasil penggunaan evaluasi adalh laporan. Laporan yang di maksud
untuk memberikan feedback kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung.[5]
Berdasrkan
penjelasan di atas, maka dapat di kemukakan beberapa jenis penggunaan hasil
evaluasi sebagai berikut:
1.
Untuk
keperluan pertanggung jawaban
Asumsinya
adalah banyak pihak yang berkepentingan dengan hasil wvaluasi. Misalnya orang
tua perlu mengetahui kemajuan atau perkembangan hasil belajar anaknya, oleh
sebab itu guru harus membuat laporan ke berbagai pihak sebagai bentuk
akuntabilitas publik.
2.
Untuk
Keperluan Seleksi
Asumsinya
adalah setiap awal dan akhir tahun pada peseerta didik yang mau ,masuk sekolah
dan ada peserta yang mau menamatkan sekolah pada jenjang pendidikan tertentu.
3.
Untuk
Keperluan Promosi
Asumsinya
adalah pada akhir tahun pelajaran, ada peserta didik yang naik kelas atau
lulus.
4.
Untuk
Kepentingan Diagnosis
Asumsinya
adalah hasil evaluasi mnunjukan pada peserta didik yang kurang mampu menguasai
kompetensi sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan,
C. PENGEMBANGAN
STRATEGI PEMBELAJARAN
Mengajar
adalah penciptaan sistem lingkumgan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar. Tujuan-tujuan belajar yang pencapaiyannya di usahakan secara
ekspilisit dengan tindakan instruksional tertentu dinamakan instruksional efek, yang biasanya
berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang merupakan
hasil pengiring, yang tercapainya karena siswa “menghidupi” suatu sistim
belajar tertentu, seperti kemampuan berfikir kritis dan kreatif atau sikap
terbuka menerima pendapat orang lain, dinamakan nurturan efect. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu guru biasanya
memilih satu atau lebih strategi belajar-mengajar.
Startegi
belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid di dalam perwujudan
kegiatan belajar mengajar. Pengertian startegi dalam hal ini menunjuk pada
karakteristik abstrak dan rentetan perbuatan guru-murid di dalam peristiwa
belajar mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan guru-murid dalam suatu peristiwa
belajar mengajar aktual tertentu, dinamakn prosedur intruksional.
Metode
mengajar adalah bagian dari perangkat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi
belajar mengajar. Dan karena strategi belajar mngajar merupakan sarana atau
alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat
pula untuk mencapai tujuan belajar.[6]
D. PENGEMBANGAN
TUJUAN PENGAJARAN
Salah
satu tahap dalam proses desain pembelajaran adalah merumuskan dan menulis
tujuan-tujuan pengajaran. Tujuan merupakan suatu yang sangat esensial sebab
besar maknanya, baik dalam rangka perencanaan maupun dalam rangka penilaian.
Tujuan pengajaran harus di rumuskan secara jelas, tepat, tidak boleh sama-sama
atau mengandung beberapa arah, atau bersifat meragukan.
1. Konsep
Tujuan Pengajaran
Jika
kita telah memahami apa yang dimaksud dengan tujuan pengajaran, barulah
kemudian kita mempertanyakan mengapa tujuan pengajaran itu perlu, dan
selanjutnya bagaimana sebaiknya cara merumuskan dan menulis tujuan pengajaran.
Suatu tujuan pengajaran adalah sejumlah hasil pengajaran yang dinyatakan dalam
artian siswa belajar, yang secara umum mencakup pengetahuan baru, yang
diharapkan oleh guru dicapai oleh siswa sebagai hasil pengajaran.
Tujuan
pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berangsung pengajaran. Tujuan belajar merupakan
cara yang akurat untuk menentukan hasil pengajaran. Antara tujuan pengajaran
dan tujuan belajar ada perbedaan, tapi memiliki hubungan yang sangat erat
dengan yang lainnya.
2. Komponen-komponen
Tujuan Pengajaran
Suatu
tujuan pengajaran, terdiri dari tiga komponen, yakni:
1)
Tinkah
laku terminal,
2)
Kondisi-kondisi
tes,
3)
Standar
(ukuran).
a.
Tingkah
Laku Terminal
Tigkah
laku terminal harus di rumuskan dengan menggunakan kata-kata kerja. Misalnya
memilih, mengukur, yang menunjukan suatau tindakan yang dapat di amati dan di
catat.
b.
Kondisi-kondisi
tes
Komponen
pada suatu tujuan pengajaran menentukan situasi yang bagi siswa dituntut untuk
mempertunjukan tingkah laku terminal. Jadi komponen-komponen itu menentukan
kondisi-kondisi tes.
c.
Ukuran-ukuran
prilaku
Komponen
ukuran prilaku merupakan suatu pernyataan tentang ukura yang digunakan untuk
membuat pertimbangan mengenai prilaku siswa. Suatu ukuran (standar) menentukan
tingkat minimal prilaku yang dapat di terima sebagai bukti bahwa siswa telah
mencapai tujuan.
3. Kegunaan
Tujuan Pengajaran
Perumusan
tujuan pengajaran mengandung kegunaan tertentu dalam rangka merncang sistem
pengajaran. Secara khusu, tujuan pengajaran penting artinya dalam rangka:
Pertama, untuk
menilai pengajaran, dalam arti bahwa pengajaran dinilai behasil apabila siswa
telah mencapai tujuan yang telah di tentukan. Ketercapaian tujuan oleh siswa
menjadi indikator keberhasilan sistem pengajaran yang dirancang sebelumnya.
Kedua, untuk membimbing
siswa belajar. Tujuan-tujuan yang telah dirumuskan memberikan arah, acuan, dan
pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan belajar. Dengan demikian
guru dapat merancang tindakan-tindakan apa yang seyogyanya dilakukan untuk
mengarahkan sisw mencapai ujuan pengajaran itu.
Ketiga, mrupakan
kriteria untuk merancang pelajaran. Dengan tujuan-tujuan yang telah di
tentukan, merupakan dasar dalam memilih dan menetapkan materi pelajaran, baik
ruang lingkupnya maupun dalam urutannya, menentukan kegiatan-kegiatan yang
perlu dilakukan untuk mencapai tujuan, memilih alat dan sumber, serta untuk
merancang prosedur penelitian.
Keempat. Menjadi
semacam media untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan guru lainnya. Berdasarkan
tujuan-tujuan pengajaran yamh telah di tetapkan, maka seorang guru dapat
melekukan komunikasi dengan rekan sekerjanya tentang apa yang hendak di capai.
4. Tingkat-tingkat
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan tersusun menurut tingkat-tingkat tertentu, mulai dari tujuan yang
sangat luas dan umum sampai ke tujuan-tujuan yang spesifik. Sesuatu tujuan yang
meliputi seperangkat subtujuan yang lebih sempit.
a.
Tujuan
Pendidikan Nasional
Bila
kita tinjau kembali perumusan tujuan pendidikan nasional di negara kita dalam
jangka dua puluh tahun terakhir ini, ternyata telah mengalami perubahan, atau
perkembangan tertentu sejalan dengan perubahan kebijakan politik dan
pembangunan nasional.
b.
Tujuan
Institutional
Tujuan
ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menunjuk ke
pengembangan aspek-aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap, serta nilai.
Masing-masing lembaga/institut mempunyai tujuan sendiri, yang berbeda satu sama
lainnya, umum bersifat kesinambungan.
c.
Tujuan
Kurikuler
Tujuan
ini adalah yang hendak di capai oleh tiap bidang studi, yang merupakan rincian
dari tujuan institutional. Perumusan tujuan kurikuler berpedoman pada teksonomi
yang di kaitkan dengan bidang-bidang studi bersangkutan.[7]
E.
PENGEMBANGAN MATERI
PEMBELAJARAN
Bahan pengajaran adalah bagian
integral dalam kurikulum sebagaimana yang telah ditentukan dalam Garis-Garis
Besar Program Pengajaran. Itu sebabnya dapat dikatakan, bahwa bahan pengajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum
itu sendiri. Kita mengetahui bahwa isi kurikulums enantiasah mengacu ke usaha
pencapaian tujuan-tujuan kurikulum dan tujuan-tujuan instruksional bidang
studi. Bahan-bahan pengajaran itu sendiri adalah sebagai rincian dari pada
pokok-pokok bahasan dan subpokok-subpokok bahasan dalam GBPP/ kurikulum bidang
studi yang bersangkutan.[8]
1.
Aspek-Aspek Materi
Kalau
kita mempelajari lebih dalammengenai materi pengajaran maka kita dapat melihat
adanya berbagai aspek yang antara lain: konsep fakta, proses, nilai
ketrampilan, bahkan juga terdapat sejumlah masalah-masalah yang ada kaitannya
dengan kehidupan masyarakat. Istilah-istilah tersebut pada garis besarnyialah :
a.
Konsep adalah suatu ide atau gagasan
atau suatu pengertian yang umum.
b.
Prinsip adalah suatu kebenaran dasar
sebagai titik tolak untuk berfikir atau merupakan suatu petujuk untuk
berbuat/melaksanakan sesuatu.
c.
Fakta adalah sesuatu yang telah
terjadi atau yang telah dikerjakan /dialami.
d.
Proses adalah serangkaian perubahan,
gerakan-gerakan perkembangan. Suatu konsep dapat terjadi secara sadar atau
tidak disadari.
e.
Nilai adalah suatu pola, ukuran atau
merupakan suatu tipe atau model.
f.
Ketrampilan adalah kemampuan berbuat
sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara jasmani dan dapat juga
berarti rohani.
Aspek-aspek
tersebut, perlu menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan bahan pelajaran dan
rinciannya. Sesuatu satuan bahasan yang telah ditentukan perli dianalisis lebih
lanjut tentang komponen-komponen apa yang terkandung dalam topik tersebut,
prinsip-prinsip apa yang perlu disampaikan dan seterusnya. Prinsip-prinsip ini
juga erat pertaliannya dengan tujuan-tujuan intruksional khusus yang hendak
dicapai. Sesuatu TIK mungkin kebanyakan berisikan sejumlah fakta atau erat
kaitannya dengan penyampaian sesuatu ketrampilan. Dengan demikian guru harus
bersifat kritis dan analisis. Jangan hanya terikat pada subpokok bahasan yang
tertera dalam GBPP saja. Guru perlu menelitinya dan melakukan serangkaian
pengayaan yang hendak dicapai. [9]
Selain
itu perlu ada perencanaan sistematis agar waktu yang tersedia dalam satu
semester untuk aetiap bidang studi dapat dimanfaatkan secara optimal dan setiap
pokok bahasan dapat dopelajari oleh siswwa sesuai dengan rencana. Jelashah,
bahwa penggunaan PPSI dan pengembangan
program-program pengajaran dalam bentuk satuan-satuan pelajaran demaksudkan
untuk membantu para guru dalam
melaksanakan program pengajaran secara efisien dan efektif dalam rangka
melaksanakan kurikulum.
2.
Kriteria Pemiliham Materi
Materi
pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan
materi pelajaran tentu saja sejaran dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang
digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan.
Kriteria
pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem intruksional dan
yang mendasari penentuan strategi belajar mengajar:
a.
Kriteria tujuan intruksional
Satuan
materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan intruksional
khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya
sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
b.
Materi pelajaran supaya terjabar
Perincian
materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap TIK telah dirumuskan
secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan
yang erat antara spedifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran.
c.
Relevan dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan
siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang
dimilikinya. Karena setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya
sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh.
Berdasarkan aspek diantaranya adalah pengetahuan sikap, nilai dan keterampilan.
d.
Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa
dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup
mandiri. Dalam hal ini, materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu
mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka
menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.
e.
Materi pelajaran mengandung segi-segi
etik
Materi
pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral
siswa kelak. Pengetahuan dan ketrampilan yang bakal mereka peroleh dari materi
pelajaran yang telah meraka terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya
sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang
berlaku de masyarakatnya.
f.
Materi pelajaran tersusun dalam ruang
lingkup dan urutan yang sistematis dan logis
Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan
menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik maslah
tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor
perkembangan psikologi siswa. Dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut
akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.
g.
Materi pelajaran bersumber dari buku
sumber yang baku , pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.
Ketiga
faktor ini pelu dipertimbangkan dalam memilih materi pelajaran. Buku sumber
yang baku umumnya disusun oleh ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan
GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan.
Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama memang adalah guru itu sendiri.
KESIMPULAN
Salah
satu kriteria yang sebaiknya di gunakan dalam pemilihan media adalah dukungan
terhadap isi bahan pelajaran dan kemudian memperolehnya. Apabila media yang
sesuai itu belum tersedia maka guru berupaya untuk mengembangkannya sendiri.
Keberhasilan
suatu kegiatan evaluasi akan di pengaruhi pula oleh keberhasilan keberhasilan
evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud
adalahlangkah-langkah pokok yang harus di tempuh dalam kegiatan evaluasi.
Mengajar
adalah penciptaan sistem lingkumgan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar. Tujuan-tujuan belajar yang pencapaiyannya di usahakan secara
ekspilisit dengan tindakan instruksional tertentu dinamakan instruksional efek, yang biasanya
berbentuk pengetahuan dan ketrampilan.
Bahan pengajaran adalah bagian integral dalam kurikulum
sebagaimana yang telah ditentukan dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran.
Itu sebabnya dapat dikatakan, bahwa
bahan pengajaran pada hakikatnya adalah isi kurikulum itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Azhar Arsyad, Media
Pembelajaran, Jakarta 1996.
Harjanto. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
Hasibuan
dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung 2006.
Oemar
Hamalik, perencanaan pengajaran
berdasarkan pendekatan sistem, Bumi Aksara, Jakarta 2004
Zainal Arifin, evaluasi
Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2011
[1] Azhar Arsyad,
Media Pembelajaran, Jakarta 1996, hlm
107
[2] Ibid, hlm 153
[3] Ibid, hlm 172
[4] Zainal
Arifin, evaluasi Pembelajaran, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung 2011, hlm 89
[5] Ibid, hlm 114
[6] Hasibuan dan
Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung 2006, hlm 3
[7] Oemar
Hamalik, perencanaan pengajaran
berdasarkan pendekatan sistem, Bumi Aksara, Jakarta 2004 hlm 126
[8] Ibid.hlm.132.
No comments:
Post a Comment